JAKARTA, iNewsSerpong.id - Siapa yang tak kenal dengan Seto Mulyadi atau Kak Seto? Dia dikenal sebagai psikolog dan aktivis perlindungan anak.
Pada era 1970 sampai 1980-an, Kak Seto kerap tampil di acara televisi. Salah satunya Aneka Ria Taman Kanak-kanak bersama Henny Purwonegoro. Di sana, Kak Seto mendongeng, mengisi acara belajar sambil bernyanyi, dan bermain sulap bersama anak-anak.
Kak Seto kemudian menciptakan karakter Si Komo. Dia bahkan membuat lagu Si Komo membuatnya semakin banyak dikenal. Dia juga pernah bermain dalam beberap film, di antaranya Tangan-tangan Mungil pada 1981.
Namun siapa sangka di balik kesuksesannya, Kak Seto punya masa lalu yang menyedihkan. Dia pernah merasakan pahit dan getirnya kehidupan saat pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta.
Momen tersebut diceritakan Kak Seto melalui unggahan di akun Instagramnya @kaksetosahabatanak. Dalam postingannya Kak Seto mengenang bagaimana susahnya saat 54 tahun lalu mengadu nasih di Jakarta.
Bahkan saking susahnya, pria asal Klaten pada 28 Agustus 1951 ini sempat jadi gelandangan tidur di tempat sampah.
“Sejak menginjakkan kaki di Jakarta 54 tahun yang lalu, tanpa bekal dan tanpa tujuan, saya menggelandang dengan pekerjaan serabutan hingga tidur di tempat sampah,” ujar Kak Seto.
Namun, nasib Kak Seto berubah sejak bertemu salah satu sosok yang sangat berjasa dalam hidupnya. Dia adalah Pak Kasur.
Pak Kasur mengangkat derajatnya sebagai seseorang yang memiliki ‘concern’ terhadap anak-anak Indonesia. “Hidup saya berubah sejak bertemu dengan Pak Kasur pada tgl 4-4-1970, yang akhirnya mengantar perjalanan saya sebagai Sahabat Anak sampai sekarang,” tutur Kak Seto.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait