Meski Harus Rawat Ibunya yang Lumpuh, Bocah 8 Tahun Ini Tetap Bersekolah

Basuki Budi Utomo
Muhammad Wachid dan ibunya Wagini. (Foto/Dok: Ist)

YOGYAKARTA, iNewsSerpong.id – Muhammad Wachid, seorang siswa kelas 2 Sekolah Dasar (SD) di Sambiroto, Banyuroto, Kapanewon Nangguilan, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta sehari-hari mengemban tanggung jawab merawat ibunya yang lumpuh. Meski masih berusia 8 tahun, Wachid memikul beban berat di saat teman-teman sebayanya bermain menikmati masa kecilnya.

Wagini, ibu Wachid mengidap autoimun yang menyebabkan neo muskuler yang mengganggu sistem otot dan syarafnya, menyebabkan kelumpuhan. Karena itulah Wachid menghabiskan waktunya di rumah sederhana untuk merawat sang ibu.

Ayah Wachid telah meninggal dunia sejak dia berusia 1 tahun, sementara kakaknya, Iwan Nur Salam, yang baru berusia 14 tahun, meninggalkan rumah karena bekerja sebagai pencari kelapa. Wachid tinggal di rumah bersama ibu dan kakeknya Kromo Wiyono alias Baiman.

Untuk memenuhi kebutuhan seari-hari, keluarga Wachid masih mendapat bantuan dari pemerintah, keluarga dan kerabat. Sementara Wachid sendiri juga masih menerima bantuan dari sekolah.

Namun, karena kondisi sang ibu, bocah itu mendapatkan tanggung jawab yang melebihi usianya.

Setiap hari Wachid-lah yang merawat Wagini dan mengerjakan tugas rumah tangga mulai dari memasak, menyapu hingga membersihkan rumah. Karena tidak ada menjaga dan merawat ibunya, seringkali Wachid berat untuk pergi ke sekolah.

Wagini mengatakan bahwa sakit di kakinya sudah dirasakan sejak 2020 yang lalu. Namun, sampai sekarang harus ada yang membantunya mengerjakan pekerjaan rumah.

“Jadi Wachid itu lebih berat membantu ibu dari daripada sekolah, tapi dari sekolah itu masoh memberikan tugas sekolahnya kadang lewat WA (WhatsApp) atau kadang ibu guru datang ke sini juga ingin adik Wachid tetap sekolah,” kata Wagini.

Sejumlah guru di SD Sambiroto, tempat Wachid bersekolah, juga tak lepas memantau siswanya. Sejumlah penyesuaian pun dilakukan agar Wachid tak putus sekolah.

Erni Meitanti, guru Wachid mengatakan bahwa Wachid termasuk anak pendiam. Namun, saat berada di rumah dia rajin membantu ibu dan kakeknya.

“Makanya kalau dia berangkat sekolah ya agak siang karena membantu ibunya dulu,” jelas Erni.

Untuk berangkat sekolah, bocah yang bercita-cita menjadi kontraktor itu biasanya berjalan kaki sekira 1,5 kilometer melewati perbukitan dan pematang sawah.

Meski begitu Wachid tak mengeluh. Dia mungkin tak berkata-kata, namun sikap dan tanggung jawab yang diperlihatkannya memperlihatkan besarnya kasih sayang bocah itu terhadap sang bunda. (*)

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network