Saat ia harus pertegas pilihan hidupnya sebagai penulis, Bachtiar pun harus mengambil pilihan sulit. Banyak profesi yang dulu lama diidamkan akhirnya harus ditinggalkannya. Profesi sebagai wartawan harus ditinggalkan.
Tidak hanya itu profesi sebagai dosen Ilmu Komunikasi di Fakultas Dakwah IAIN Aluddin, di IPWI, Sentra Pendidikan Bisnis, STMIK TEKSOS, dan Kepsek SMK Gunungsari Makassar ditinggalkannya untuk fokus mengurus perusahaan penerbitan YAPENSI.
Dan rencana baik Tuhan rupanya seiring dengan keputusannya. Perusahaan penerbitan yang dikelola secara profesional berhasil menerbitkan buku pertamanya. Buku yang berjudul “Saudagar Bugis Makassar”, diterbitkan atas biaya dari tokoh-tokoh yang terangkum dalam buku tersebut sekaligus menjadi tonggak sejarahnya menyelami dunia perbukuan.
Malaikat Tak Bersayap itu Dari Letta
Tapak sejarah yang harus ditulis khusus dalam perjalanan kepenulisan Bachtiar Adnan Kusuma adalah rajutan pertemuannya dengan pemilik perusahaan Poleko Group pada tahun 1995. Dia ibarat malaikat tak bersayap, lelaki pemberani dari Letta. Dr H.A.A. Baramuli, SH.
Saat itu Baramuli menjabat sebagai wakil ketua Komnas HAM. Dialah yang menyibak peta jalan kepada BAK untuk hijrah ke ibu kota Jakarta. Jalan Imam Bonjol 51 Jakarta Pusat menjadi saksi bagi langkah-langkah kecil BAK dalam menulis buku dengan modal kerja Rp 100 juta dari Baramuli.
BAK sukses menulis sendiri dan menerbitkan 10.000 exemplar buku pertamanya berjudul “70 Tahun Baramuli Pantang Menyerah”.
Sungguh takjubnya ketika buku tulisannya diluncurkan di Sangrilla Hotel dan dihadiri tokoh-tokoh Nasional termasuk Presiden dan Wakil Presiden. Sepertinya pintu-pintu rezeki semakin lebar terbuka. Dengan buku tersebut dapat BAK berkeliling Indonesia Timur atas biaya Baramuli.
BAK juga menulis biografi Nurdin Halid tatkala menjabat Ketua Umum PSSI dan Direktur Utama PT.Induk KUD. Buku Nurdin Halid diluncurkan di pelataran Ancol Jakarta Utara dihaidiri Menteri koperasi, Dr. Adi Sasono.
Buku selanjutnya susul menyusul diterbitkan oleh BAK, antara lain, “Nurdin Halid ketua Umum PSSI”, buku Letjen TNI Andi Muhammad Ghalib,Mahyudin, Yusran, Abdul Waris Husain, Mohammad Wahyudi Kasyful Anwar, Yap Solossa, AJ Sondakh, Alexander Piet Tallo. Harun Al Rasyid, Marsekal TNI AU Alimunsiri Rappe, H.M. Ridwan Suwidi, H.M. Amin Syam dan sejumlah buku biografi tokoh nasional lainnya.
Tak Sekadar Menulis, Tapi Menguasai Ilmu Pemasaran
Bermodal pengalaman sebagai marketing, baik marketing iklan media cetak, marketing di motorola dan membuka biro iklan, memudahkan BAK dalam menjaring pasar. Promosi dan iklan di media cetak lokal dan nasional seperti Kompas, Media Indonesia, Republika dan lainnya.
Selain itu, teknik promosi yang digunakan BAK melalui direct selling yakni mengirimkan kliping koran langsung kepada tokoh-tokoh penting dalam menawarkan jasa penulisan.
Aktifitas hidup dan nafas BAK dalam penulisan buku tidak pernah berhenti sedetik pun. Ia pun membentuk Tim kreatif, Tim penulis yang stay di berbagai kota seperti Palu, Jakarta, Solo, Makassar dan Bali. Namun, semua proses kreatif itu bermuara di Jakarta.
Bachtiar Adnan Kusuma tak letih menyulam kata, menata kalimat menjelma menjadi buku. (Foto: Dok Pribadi)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait