MOSKOW, iNewsSerpong.id - Seorang pengusaha Rusia telah menawarkan hadiah USD 1 juta (setara Rp14,4 miliar) untuk kepala Vladimir Putin dan mendesak perwira militer negara itu untuk membawa orang nomor satu Kremlin itu ke pengadilan. Tawaran itu diumumkan Alex Konanykhin di tengah berlangsungnya serangan militer Rusia ke Ukraina.
Tawaran itu dibuat Konanykhin dalam sebuah posting di media sosial LinkedIn. Dia menyebut tawaran itu sebagai "tugas moral" untuk mengambil tindakan dan membantu Ukraina menyusul serangan yang tidak beralasan.
"Saya berjanji untuk membayar $1.000.000 kepada petugas yang, sesuai dengan tugas konstitusional mereka, menangkap Putin sebagai penjahat perang di bawah hukum Rusia dan internasional," tulis Konanykhin sebagaimana dilansir Independent, Kamis (3/3/2022).
“Putin bukan presiden Rusia karena ia berkuasa sebagai hasil dari operasi khusus meledakkan gedung-gedung apartemen di Rusia, kemudian melanggar Konstitusi dengan menghilangkan pemilihan umum yang bebas dan membunuh lawan-lawannya.”
Konanykhin merujuk pada teori konspirasi bahwa dinas intelijen Rusia, FSB, yang dipimpin oleh Putin dari tahun 1998 hingga 1999, bertanggung jawab atas ledakan di empat blok apartemen yang menewaskan sekira 300 orang pada 1999. Serangan-serangan itu, yang dituduhkan pada teroris Chechnya, membantu memicu Perang Chechnya Kedua, yang dengan sendirinya membantu mengkonsolidasikan popularitas Putin di Rusia.
Putin menjadi perdana menteri pada 1999 dan diangkat sebagai penjabat presiden pada hari terakhir di tahun yang sama. Dia kemudian terpilih untuk masa jabatan penuh pada Maret 2000.
Dalam postingannya Konanykhin juga mencantumkan foto Putin, dengan judul, “Dicari: Mati atau hidup. Vladimir Putin atas pembunuhan massal.”
“Sebagai seorang etnis Rusia dan warga negara Rusia, saya melihatnya sebagai kewajiban moral saya untuk memfasilitasi denazifikasi Rusia. Saya akan melanjutkan bantuan saya ke Ukraina dalam upaya heroiknya untuk menahan serangan gencar Orda Putin," tambahnya.
Kata "Orda" adalah bahasa Rusia untuk "gerombolan".
Konanykhin memiliki sejarah yang rumit dengan pemerintah Rusia. Pada 1996 dia ditangkap saat tinggal di AS setelah pihak berwenang Rusia mengklaim bahwa ia telah menggelapkan USD8 juta dari Russian Exchange Bank.
Agen FBI bersaksi bahwa mafia Rusia telah membuat kontrak dengan Konanykhin, dan kasus itu diselesaikan dan dia diberikan suaka politik.
Suakanya dicabut beberapa tahun kemudian, tetapi deportasinya akhirnya dibatalkan oleh Hakim Distrik AS yang melihat keputusan untuk mengembalikan Konanykhin ke Moskow “mencurigakan”. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait