JAKARTA, iNewsSerpong.id -- Dalam tradisi Tionghoa, hujan pada saat perayaan Imlek diyakini sebagai simbol keberuntungan dan keturunan.
Hujan juga melambangkan penyucian, membersihkan segala hal buruk dari masa lalu, serta membawa kesegaran untuk memulai lembaran baru dalam hidup.
Namun, fenomena hujan pada Tahun Baru Imlek memang berkaitan dengan kondisi meteorologis. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa hujan yang sering turun pada periode ini adalah bagian dari fenomena musiman yang terjadi di bulan Januari atau Februari.
Secara meteorologis, hujan memang sering terjadi sekitar waktu perayaan Imlek, terkait dengan pola cuaca dan musim yang sedang berlangsung di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Beberapa faktor memengaruhi terjadinya hujan saat Imlek, antara lain:
1. Pengaruh Monsun Asia: Monsun ini adalah angin musiman yang membawa uap air dan mencapai puncaknya pada bulan Januari dan Februari, bersamaan dengan perayaan Imlek.
2. Aktivitas Gelombang Tropis: Gelombang tropis juga berperan dalam meningkatkan curah hujan saat Imlek.
3. Pemanasan Laut: Suhu air laut yang hangat turut memengaruhi pembentukan awan hujan di bulan Januari dan Februari, sehingga memungkinkan terjadinya hujan lebat.
Dengan demikian, hujan di Tahun Baru Imlek bukan hanya dilihat dari segi spiritual, tetapi juga dipahami dari perspektif ilmiah yang terkait dengan kondisi meteorologi dan lingkungan. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait