Menurut Syeikh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nasha’ihul ‘Ibad, sesungguhnya seluruh perintah Allah itu akan kembali kepada dua hal, yakni mengagungkan Allah Ta’ala dan berkasih sayang terhadap sesama makhluk-Nya. Inilah esensi ajaran Islam, yakni tauhid dan kasih sayang.
Ketika seseorang menyatakan diri menjadi seorang muslim dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, maka itu artinya dia telah menyatakan bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya:
Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, “Salaamun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu).” Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu karena kejahilan (kebodohan, kecerobohan, dorongan nafsu, amarah dan sebagainya), kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am [6]: 54).
Selain itu, pada surat Al-Fatihah yang merupakan rukun shalat, pada ayat pertama dan ketiganya, setiap muslim wajib membacanya sebanyak 17 kali dalam sehari semalam di dalam shalatwajibnya, belum lagi jika ditambah dengan shalat sunnah. Pada kedua ayat tersebut Allah Ta’alamenjelaskan bahwa di antara sifat yang dimiliki-Nya adalah Ar-Rahman, Ar-Rahiim (Maha Pengasih, Maha Penyayang).
Hal di atas mengisyaratkan bahwa bagi setiap muslim selain wajib bertauhid, wajib pula hukumnya memiliki sifat kasih sayang kepada sesama makhluk-Nya. Oleh karenanya, kasih sayang bukan lagi sekedar nilai tambah bagi seorang muslim, melainkan salah satu fondasi keimanannya kepada Allah Ta’ala.
Selain itu, ketika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat, arti yang lainnya adalah pernyataan dan pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar utusan Allah. Baginda Rasulullah SAW adalah seorang utusan Allah yang memiliki misi mulia yakni menjadi rahmat bagi semesta alam.
Perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya: “Dan tiadalah Kami mengutusmu (Nabi Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 107). Rahmat bagi semesta alam pada ayat ini dapat dimaknai sebagai jaminan keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.
Mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dalam pengamalannya akan melahirkan sifat melindungi, kedamaian, dan kasih sayang terhadap sesama muslim khususnya, umumnya terhadap sesama makhluk Allah Ta’ala.
Kasih sayang merupakan karakter atau akhlak mulia seorang muslim sejati. (Foto: Ist)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait