HIKMAH JUMAT : Rahasia di Balik Istiqamah

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
HIKMAH JUMAT : Rahasia di Balik Istiqamah Hati dan lisan senantiasa dipenuhi dengan dzikir dan tilawah. Sikap dan perbuatan senantiasa dilandasi dengan disiplin, tertib, dan penuh dengan kejujuran. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang.

SAAT INI kita tengah berada di Jum’at kedua, tepatnya tanggal 12 Syawal 1446 H. Itu artinya hampir dua pekan bulan Ramadhan 1446 H telah meninggalkan kita. Sampai di titik ini, mari kita evaluasi diri kita masing-masing.

Masih adakah amalan Ramadhan yang tersisa dalam aktivitas ibadah kita? Atau, perlahan namun pasti, seiring dengan berjalannya waktu, amalan-amalan Ramadhan kita pun lepas satu per satu? Dan, pada akhirnya kita pun kembali ke “setelan pabrik” sebelum Ramadhan datang.

Pembaca Hikmah Jum’at yang budiman.

Pada bulan Ramadhan yang lalu, kita telah berhasil memintal dan merajut benang-benang keshalihan menjadi kain takwa. Kira rajut benang shaum, benang tadarus, benang shalat, benang qiyamul lail, benang zakat, benang dzikir, dan benang-benang amal shalih lainnya.

Benang-benang keshalihan tersebut terajut dan terpintal dengan kuat laksana kain yang menjadi bahan pakaian takwa. Kemudian dengan pakaian takwa itu, kita keluar sebagai manusia yang bersih dari segala dosa di akhir Ramadhan, laksana bayi yang baru terlahir dari rahim ibunya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Hai Anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik.” (QS. Al-A’raf [7]: 26).

Sementara itu, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Begitulah kondisi kita hingga penghujung Ramadhan atau awal Syawal. Namun sekarang, apa yang terjadi dengan diri kita? Apakah hari-hari kita saat ini masih seperti hari-hari di bulan Ramadhan?

Jangan-jangan, benang-benang keshalihan yang sudah kita rajut kuat itu, kini pelan-pelan mulai kita uraikan satu per satu. Benang-benang itu kini mulai tercerai berai dan teronggok menjadi benang kusut yang tak berarti lagi.

Jika itu yang terjadi, maka berhati-hatilah. Karena bisa jadi kita termasuk ke dalam golongan orang yang gagal dalam menjalan ibadah Ramadhan. Janganlah kita menjadi seorang manusia yang diilustrasikan oleh Allah laksana seorang wanita Quraisy yang mengurai benang yang sudah terpintal kuat.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)
 


Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update