Perjalanannya panjang, berpindah dari satu guru ke guru lain, hingga akhirnya ia bertemu dengan Baginda Rasulullah SAW di Madinah. Keteguhan hatinya membuat ia rela menjadi budak demi mendapatkan kebenaran.
Baginda Rasulullah SAW kemudian menebus dan memerdekakannya. Salman pun menjadi sahabat mulia yang dijamin surga. Kisah ini menunjukkan bahwa perlombaan dalam mencari kebenaran dan keridhaan Allah membutuhkan pengorbanan, kesungguhan, dan keteguhan hati.
Tidak mudah memang untuk memenangkan perlombaan hidup. Ada banyak rintangan yang menghadang, di antaranya hawa nafsu yang mengajak kepada kesenangan sesaat, godaan dunia berupa harta, tahta, dan popularitas, serta syaitan yang terus membisikkan keraguan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan melalui firman-Nya yang artinya:“Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 168)
Untuk memenangkan perlombaan hidup, maka diperlukan strategi yang tepat. Pertama adalah niat yang lurus. Semua amal harus diniatkan karena Allah semata. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Yang kedua adalah manajemen waktu. Hidup ini sangat singkat. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu: kesehatan dan waktu luang.”
(HR. Bukhari)
Selanjutnya adalah istiqamah atau konsistensi dalam amal shalih. Istiqamah adalah kunci untuk meraih kemenangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati.” (QS. Al-Ahqaf [46]: 13)
Yang terakhir adalah bersyukur dan bersabar. Dalam perlombaan, ada saat kita di atas dan ada saat kita jatuh. Bersyukur saat senang dan bersabar saat susah adalah tanda pemenang sejati. Sang juara atau pemenang bukanlah orang yang tidak pernah gagal, melainkan orang yang terus bangkit di tengah kegagalan yang dialaminya.
Semoga kita menjadi juara sejati, sebagaimana firman Allah: “Maka barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran [3]: 185).
Tidak semua peserta lomba dapat mencapai garis finish. Ada yang terjatuh, ada yang menyerah, ada pula yang justru berlari ke arah yang salah. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait
