Selanjutnya yang ketiga adalah karena faktor lingkungan pergaulan yang buruk. Pergaulan yang salah dapat menumpulkan hati. Nabi SAW bersabda: “Seseorang berada di atas agama sahabat karibnya. Maka lihatlah dengan siapa ia berteman.” (HR. Tirmidzi)
Dan, yang terakhir adalah kurangnya muhasabah. Hati menjadi keras ketika seseorang lupa mengevaluasi diri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Hashr [59]: 19)
Lantas, bagaimana konsep menjaga hati dalam Islam?
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan agar hati kita tetap terjaga dan terlindungi dari penyakit hati zaman modern. Yang pertama adalah dengan melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa).
Tazkiyatun nafs berarti membersihkan hati dari sifat tercela seperti iri, sombong, riya, dan dengki, serta menghiasinya dengan akhlak mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya.” (QS. Asy-Syams [91]: 9)
Selanjutnya yang kedua adalah senatiasa muraqabah (merasa diawasi Allah). Muraqabah membuat seseorang berhati-hati dalam pikiran dan tindakan. Nabi SAW bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Terakhir adalah qana’ah dan tawakal. Kepuasan hati berasal dari rasa cukup dan menyerahkan urusan kepada Allah. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Kekayaan bukanlah banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Untuk itu, terdapat beberapa langkah praktis dalam menjaga hati di era modern seperti saat ini. Yang pertama adalah memperbanyak dzikir dan tilawah. Dzikir adalah makanan bagi hati, sedangkan tilawah (membaca Al-Qur’an) setiap hari membantu hati tetap lembut.
Baginda Rasulullah SAW memberikan ilustrasi melalui sabdanya yang artinya: “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dan yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan mati.” (HR. Bukhari)
Yang kedua adalah mengatur penggunaan gadget dan media sosial. Batasi konsumsi konten tidak bermanfaat. Media sosial dapat memunculkan iri, stres, dan ketidakpuasan. Pilih konten bernilai kebaikan dan hindari perdebatan yang merusak hati.
Yang ketiga adalah membiasakan muhasabah harian. Sediakan waktu sebelum tidur untuk menilai diri: adakah kesalahan, kelalaian, atau dosa yang perlu diperbaiki? Muhasabah menjadikan hati lebih peka.
Hati yang jauh dari dzikir tidak menemukan ketenangan. Tanpa dzikir, hati menjadi kosong meski dikelilingi kemewahan dunia. (Foto: Ist)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait
