“Wahai anakku, pada saat engkau membawa segelas air minum, aku lihat engkau membawanya dengan terburu-buru, sehingga ada air yang tumpah dan ada gelembung di bagian atas dari gelas tersebut. Selain itu, bagian dalam penutupnya juga basah terkena air.” kata Pak Kyai.
“Cara membawa air seperti itu, cenderung membahayakan buat diri kamu sendiri dan juga orang lain. Karena bisa saja tumpahan air dari gelas, membuat kamu atau orang lain terpeleset bahkan terjatuh.” tambah Pak Kyai.
“Berbeda jika kamu membawa air dengan tenang dan hati-hati, maka air tidak akan tumpah dan bagian atas gelas maupun bagian dalam tutup gelas juga tidak akan basah.” sambung Pak Kyai.
Sang santri menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Pak Kyai. Namun, dia masih belum memahami hubungannya dengan shalat khusyuk yang menjadi masalahnya kemarin.
“Jadi, mulai besok kamu membawa airnya hati-hati dan pelan-pelan saja ya, Nak.” kata Pak Kyai.
Sang santri pun menganggukkan kepalanya dan berkata: “Baik, Pak Kyai.”
Kajian pada malam berikutnya, seperti biasa Pak Kyai memulai pembahasan tentang shalat.
Namun, ada yang berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Santri yang biasa datang membawa air dengan tergopoh-gopoh, kini datang membawa air dengan langkah yang perlahan dan hati-hati.
Air pun disimpan di meja di hadapan Pak Kyai. Pak Kyai kembali tersenyum dan berkata: “Nah, sekarang baru kamu bisa shalat khusyuk, Nak.”
Sontak sang santri bertanya: “Maksudnya bagaimana Pak Kyai?”
“Cara kamu membawa air yang perlahan dan hati-hati, tidak menyebabkan air menjadi tumpah. Itu artinya, kamu telah mencegah diri dan orang lain dari bahaya terpeleset atau terjatuh.” jawab Pak Kyai.
“Jadi anak-anakku, shalat yang khusyuk itu memerlukan ketenangan dan kehati-hatian, serta tidak terburu-buru, baik dari segi bacaannya yang harus tartil, gerakannya yang harus tuma’ninah, maupun kehadiran hati selama shalat didirikan.” papar Pak Kyai.
“Dengan cara shalat seperti itu, khusyuk didapatkan. Shalat khusyuk itulah yang mampu mencegah dari perbuatan yang mengantarkan kepada kecelakaan, yaitu perbuatan keji dan munkar. Shalat khusyuk pula yang akan mengundang datangnya pertolongan Allah SWT.” tambah Pak Kyai.
Allah SWT berfirman: “Dan mintalah pertolongan kamu sekalian dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45).
Sang santri pun akhirnya dapat memahami maksud permintaan dan perkataan Pak Kyai serta hubungannya dengan shalat khusyuk.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait