JAKARTA, iNews Serpong - Tidak tanggung-tanggung, utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk kian membengkak. Emiten penerbangan nasional itu kini pun meradang
Utang emiten penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, mencapai USD 7 miliar atau setara Rp100,5 triliun (kurs Rp14.334 per USD). Nilai itu membengkak dari angka sebelumnya yakni Rp70 triliun.
Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas terus mengambil langkah penyelamatan, salah satunya melalui skema restrukturisasi dengan para kreditur hingga lessor. Meski demikian, belum diketahui secara pasti hasil negosiasi tersebut.
Pemegang saham pun menetapkan jangka waktu restrukturisasi utang emiten dengan kode saham GIAA itu hingga kuartal II-2022. Bila, restrukturisasi tak berjalan baik, maka opsi pailit akan ditempuh.
Lantas, apa penyebab utang Garuda membengkak hingga Rp100,5 triliun?
1 Biaya Sewa Pesawat
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut utang jumbo itu lantaran biaya sewa (leasing cost) yang terlalu mahal. Tercatat, biaya sewa Garuda mencapai 26 persen atau tertinggi di dunia. Namun,
Editor : Syahrir Rasyid