get app
inews
Aa Read Next : HIKMAH JUMAT : Obral dan Diskon Besar ala Ramadhan

HIKMAH JUMAT : Implementasi Nilai-nilai Shalat

Jum'at, 17 Februari 2023 | 04:30 WIB
header img
Shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. (Foto : Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina

BEBERAPA hari lagi, bulan Rajab 1444 H sebagai bulan haram (Al Asyhurul Hurum) akan meninggalkan kita. Bulan Rajab juga dikenal sebagai bulan shalat, karena pada bulan ini Allah SWT mewajibkan ibadah shalat lima waktu sehari semalam bagi umat Islam.

Sebagai bulan shalat, maka tema hikmah Jum’at pekan ini, masih membahas tentang shalat. Judul yang diangkat adalah implementasi nilai-nilai shalat dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu seorang muslim maupun dalam bermasyarakat.

Allah SWT berfirman: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut [29]: 45).

Dalam tafsir Al-Misbah, Prof. Dr. Quraish Shihab menjelaskan bahwa shalat yang dikerjakan dengan penuh keikhlasan akan memalingkan orang yang mengerjakannya dari dosa-dosa besar dan segala yang tidak dibolehkan dalam agama.

Betapa dahsyatnya pengaruh shalat, sehingga shalat yang benar yang dilakukan dengan penuh keikhlasan mampu membuat orang yang melakukannya terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Di sinilah keindahan shalat yang dapat dirasakan manfaatnya oleh orang yang melakukannya.

Perbuatan keji adalah perbuatan yang dianggap paling buruk di antara perbuatan maksiat yang disenangi oleh jiwa kita. Sementara itu, perbuatan yang munkar adalah seluruh perbuatan maksiat yang diingkari oleh akal dan fitrah kita sebagai manusia.

Namun, tidak semua shalat mampu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar, bahkan ada shalat yang menyebabkan manusia tergelincir ke dalam neraka. Allah SWT berfirman: “Maka, kecelakaanlah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al-Ma’un [107]: 4 – 7).     

Kalau begitu, shalat seperti apa yang mampu mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar?

Shalat yang mampu mencegah orang yang melaksanakannya dari perbuatan keji dan munkar adalah shalat yang didirikan oleh seorang hamba dengan menyempurnakan rukun dan syaratnya. Pada saat mendirikan shalat, hatinya hadir, khusyuk memikirkan dan meresapi makna dari setiap bacaannya.

Sikap penuh khusyuk seperti itu menyebabkan hati seorang hamba menjadi bersih dan bersinar, imannya bertambah, kecintaannya kepada kebaikan semakin menguat, dan hasratnya untuk melakukan berbagai kemaksiatan pun semakin melemah.


Bulan Rajab juga dikenal sebagai bulan shalat. (Foto Ist)

Jika shalat seorang hamba dilakukan dengan cara seperti itu secara terus menerus, maka hasrat untuk beramal shalih akan terus bertambah, sedangkan hasrat untuk bermaksiat semakin berkurang dan terus berkurang, hingga pada akhirnya dapat menghilang.

Dengan demikian maka hubungan sang hamba dengan sang khalik, Allah SWT, akan semakin kuat dan dekat. Hubungannya dengan Allah SWT akan semakin baik, sehingga Allah SWT menurunkan penjagaan-Nya bagi sang hamba.

Shalat seperti yang dijelaskan di atas, adalah bentuk shalat yang berkualitas. Shalat yang berkualitas akan mampu mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih bermakna, baik dalam kehidupan individu maupun sosial. 

Nah, peringatan Isra Mi’raj ini merupakan momentum bagi kita untuk kembali mengevaluasi kualitas shalat yang kita lakukan. Sudahkah shalat yang kita lakukan selama ini, mampu mencegah diri kita dari perbuatan keji dan munkar?

Pertanyaan selanjutnya adalah; sudahkah kita mengambil dan mengimplementasikan ibrah (pelajaran) dari nilai-nilai yang terkandung dalam shalat?

Di antara nilai-nilai shalat yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah:

Pertama, shalat mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menjaga kesucian diri dari berbagai ucapan, perbuatan dan sifat-sifat yang tercela. Sepanjang melaksanakan shalat kita wajib menjaga ucapan, sikap, pikiran, dan hati kita. Tak ada satu pun ucapan yang keluar dari mulut kita pada saat melaksanakan shalat yang bersifat sia-sia apalagi tercela.

Shalat mendidik persatuan dan kesatuan umat. Inilah nilai shalat yang kedua yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam shalat, kita menghadap ke arah yang sama, yakni ka’bah baitullah.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan umat. Dengan adanya persatuan dan kesatuan umat, maka berbagai kesulitan, gangguan, dan hambatan akan mampu dihadapi bersama.

Nilai shalat yang ketiga adalah disiplin waktu. Tak bisa sembarang orang mendirikan shalat karena shalat harus tepat waktu. Setiap shalat memiliki waktu yang tertentu, sebagaimana firman Allah SWT: ”... sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa [4]: 103).

Yang keempat adalah taat kepada pemimpin. Shalat yang dilakukan secara berjamaah mengajarkan kepada kita untuk taat kepada pemimpin (imam). Pada saat shalat berjamaah, tak ada satu pun yang boleh bergerak mendahului imam, hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kita wajib taat kepada pemimpin selama perintahnya tidak untuk bermaksiat kepada Allah SWT.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)

Dalam shalat, kita juga ditanamkan nilai untuk berani mengingatkan pemimpin yang khilaf atau keliru. Ketika imam khilaf, maka kita diperintahkan untuk mengucapkan subhanallah.

Hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai rakyat, memiliki keharusan untuk mengingatkan pemimpin kita jika pemimpin tersebut melakukan kesalahan. Inilah nilai shalat yang kelima.

Selanjutnya nilai shalat yang keenam, yaitu mendidik persamaan hak. Dalam shalat berjamaah, tidak ada jamaah yang diperlakukan secara khusus. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk duduk dan berdiri di shaf yang pertama. Tak peduli pangkat, jabatan, atau strata sosial seorang jamaah, jika dia datang terlambat maka bisa jadi dia akan menempati shaf yang paling belakang.

Nilai shalat yang ketujuh adalah tertib berorganisasi. Shalat berjamaah mengajarkan kepada kita tentang perlunya umat Islam untuk tertib berorganisasi. Dengan tertib berorganisasi, maka perjuangan umat Islam menjadi terarah. Hal ini terlihat dari adanya perintah dalam shalat berjamaah agar makmum meluruskan dan merapatkan shaf sebagai syarat untuk tercapainya kesempurnaan shalat.

Terakhir, shalat memiliki nilai agar kita senantiasa hidup bersih dan sehat. Sebelum melaksanakan shalat, kita diwajibkan berwudhu untuk membersihkan diri dari hadats.

Pakaian dan tempat kita shalat juga harus suci dari berbagai kotoran dan najis. Sementara itu, gerakan-gerakan shalat laksana olah raga fisik yang wajib dilakukan minimal 17 rakaat dalam sehari semalam.

Oleh karenanya, di momentum peringatan Isra Mi’raj ini, mari kita tingkatkan terus kualitas shalat kita. Selain itu, mari kita implementasikan nilai-nilai shalat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dengan demikian, maka kita memiliki harapan bahwa umat Islam akan berubah menuju umat yang lebih baik lagi. (*)


Nilai-nilai shalat dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. (Foto : Ist)

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut