Risiko lainnya yaitu, terkait plagiarisme yang mana kita tidak tahu sumber data dan jawaban yang diberikan oleh ChatGPT. Dalam beberapa kasus yang terkait dengan hak cipta, seperti pembuatan buku dan copywriting, jangan memberikan ChatGPT untuk melakukan take over karena tetap tanggung jawab terakhir ada pada manusia.
Risiko selanjutnya juga dapat menimbulkan potential misuse, karena ChatGPT dapat kita tanya untuk membuat kode program, seperti jailbreak atau sesuatu yang memang untuk menelusuri security.
Tetapi dengan semua risiko yang ada, sangat sulit juga untuk menahan pengembangan ChatGPT. Sebab, saat ini malah banyak orang yang berlomba-lomba dalam mengembangkan sesuatu seperti ChatGPT dengan harga yang lebih rendah.
Bahkan, European Union (EU) menganggap ChatGPT sebagai sesuatu yang berisiko tinggi, dan di Indonesia sendiri belum ada aturan spesifik terkait penggunaan ChatGPT. UNESCO sendiri sudah memberikan rekomendasi terkait risiko penggunaan AI, Namun, kesiapan setiap negara berbeda-beda untuk dapat mengikutinya.
“Setiap institusi memiliki caranya sendiri dalam menyikapi ini,” tutur dia.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid