Namun karena ini adalah perintah Allah SWT, tatkala keduanya sudah membulatkan hati, pasrah dan menerima akan ketentuan-Nya, maka Ismail pun dibaringkan dengan posisi pelipis di atas tanah, dan siap untuk disembelih.
Allah SWT berfirman yang artinya: Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia Ibrahim: “Hai Ibrahim, sebenarnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 103–105)
Nabi Ibrahim A.S. adalah potret seorang pemimpin bagi keluarga dan umatnya. Beliau telah berhasil membuktikan bahwa kepemimpinan adalah amanah, perjuangan, dan pengorbanan. Aspek-aspek seperti itulah yang kini telah hilang dari diri seorang pemimpin.
Sementara Ismail A.S. adalah sosok pemuda yang begitu yakin dengan perintah Allah SWT dan taat kepada orang tuanya. Sungguh potret pemuda yang langka di masa kini. Ismail A.S. rela mengorbankan dirinya demi keimanan yang tertanam kuat di dalam hatinya.
Potret ini berbanding terbalik dengan kondisi sebagian besar pemuda saat ini. Kita melihat saat ini banyak pemuda yang rela mengorbankan diri, keluarga, bangsa, dan agamanya demi narkoba, seks bebas dan hal-hal negatif lainnya. Naudzubillahi min dzalik.
Bagaimana dengan potret Siti Hajar? Beliau adalah potret seorang ibu sekaligus istri yang luar biasa. Sebagai seorang istri, beliau sadar bahwa tugasnya adalah membantu suaminya dalam menjalankan ketaatannya kepada Allah SWT, bukan menjauhkan suami dari agamanya.
Apabila Nabi Ibrahim A.S. rela menyembelih anaknya karena Allah, maka Siti Hajar pun rela memberikan anak yang dilahirkan, disusui, dan dibesarkannya untuk Allah SWT. Sebagai ibu, hancur hati Siti Hajar, namun beliau sadar bahwa anak adalah titipan Allah, maka ketika Allah memintanya untuk disembelih oleh sang suami, dia pun harus rela memberikannya.
Siti Hajar adalah potret istri yang shalihah, perhiasan terbaik di dunia ini. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, dan An-Nas’i yang artinya: “Dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang shalihah.”
Jika Nabi Ibrahim A.S. rela menyembelih anaknya karena Allah. Siti Hajar rela mengorbankan anaknya untuk mengikuti perintah Allah. Ismail pun rela menjadi korban demi menjalankan perintah Allah. Lantas, apa yang sudah kita lakukan dan korbankan untuk menegakkan agama Allah? (*)
Mari koreksi diri. Apa yang sudah dilakukan dan korbankan untuk menegakkan agama Allah? (Foto : Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid