JAKARTA, iNewsSerpong.id - Sahabat Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq dikenal amat dermawan. Bukan hanya itu. Beliau adalah sahabat yang siap mengorbankan apa saja, termasuk nyawa, untuk melindungi Rasulullah SAW.
Dalam menjalankan dakwah, beliau tidak hanya berbicara saja. Beliau dalam menghibur kaum duafa dan orang-orang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuhmusuh dakwah, tidak hanya dengan kedamaian jiwanya, dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya.
"Digunakannya hartanya itu untuk membela golongan lemah dan orang-orang tak punya, yang telah mendapat petunjuk Allah ke jalan yang benar, tetapi lalu dianiaya oleh musuh-musuh kebenaran itu," ujar Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Sudah cukup diketahui, bahwa ketika Abu Bakar masuk Islam, hartanya tak kurang dari 40.000 dirham yang disimpannya dari hasil perdagangan. Dan selama dalam Islam ia terus berdagang dan mendapat laba yang cukup besar. Tetapi setelah hijrah ke Madinah sepuluh tahun kemudian, hartanya itu hanya tinggal 5000 dirham.
"Sedang semua harta yang ada padanya dan yang disimpannya, kemudian habis untuk kepentingan dakwah, mengajak orang ke jalan Allah dan demi agama dan Rasul-Nya," tutur Haekal.
Kekayaannya itu, tambah Haekal, digunakan untuk menebus orang-orang lemah dan budak-budak yang masuk Islam, yang oleh majikannya disiksa dengan pelbagai cara, tak lain hanya karena mereka masuk Islam.
Suatu hari Abu Bakar melihat Bilal yang negro itu oleh tuannya dicampakkan ke ladang yang sedang membara oleh panas matahari, dengan menindihkan batu di dadanya lalu dibiarkannya agar ia mati dengan begitu, karena ia masuk Islam.
Dalam keadaan semacam itu tidak lebih Bilal hanya mengulang-ulang kata-kata: Ahad, Ahad. Ketika itulah ia dibeli oleh Abu Bakar kemudian dibebaskan!
Begitu juga Amir bin Fuhairah oleh Abu Bakar ditebus dan ditugaskan menggembalakan kambingnya. "Tidak sedikit budak-budak itu yang disiksa, laki-laki dan perempuan, oleh Abu Bakar dibeli lalu dibebaskan," ujar Haekal.
Pertaruhkan Nyawanya
Abu Bakar sendiri pun tidak bebas dari gangguan kaum kafir Quraisy. Sama halnya dengan Nabi Muhammad sendiri yang juga tidak lepas dari gangguan itu dengan kedudukannya yang sudah demikian rupa di kalangan kaumnya serta perlindungan Banu Hasyim kepadanya.
Setiap Abu Bakar melihat Nabi Muhammad diganggu oleh Quraisy ia selalu siap membelanya dan mempertaruhkan nyawanya untuk melindunginya. Ibn Hisyam menceritakan, bahwa perlakuan yang paling jahat dilakukan Quraisy terhadap Rasulullah ialah setelah agama dan dewa-dewa·mereka dicela.
Suatu hari mereka berkumpul di Hijr, dan satu sama lain mereka berkata: "Kalian mengatakan apa yang didengarnya dari kalian dan apa yang kalian dengar tentang dia. Dia memperlihatkan kepadamu apa yang tak kamu sukai lalu kamu tinggalkan dia."
Sementara mereka dalam keadaan serupa itu tiba-tiba datang Rasulullah SAW. Sekaligus beliau diserbu bersama-sama oleh mereka dan mengepungnya seraya berkata: "Engkau yang berkata begini dan begini?" Maksudnya yang mencela berhala-berhala dan kepercayaan mereka.
Rasulullah SAW pun menjawab: "Ya, memang aku yang mengatakan."
Salah seorang di antara mereka langsung menarik bajunya. Abu Bakar sambil menangis menghalanginya seraya katanya: "Kamu mau membunuh orang yang mengatakan hanya Allah Tuhanku!"
Editor : Syahrir Rasyid