Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; & Ketua PCM Kecamatan Pagedangan - Tangerang
SUATU KETIKA ada seorang pemuda yang berjabat tangan dengan Baginda Rasulullah SAW. Tangannya terasa begitu kasar yang menandakan bahwa pemuda itu adalah pekerja keras dan tak mengenal lelah.
Demikian pula dengan penampilan pemuda itu. Raut wajah dan penampilan fisiknya menggambarkan pekerjaan sehari-harinya. Namun, betapa kagetnya pemuda tersebut karena tiba-tiba Baginda Rasulullah SAW langsung mencium tangannya.
Ya, Baginda Rasulullah SAW langsung mencium kedua tangan pemuda tersebut. Kedua tangan yang keras dan kasar milik seorang pemuda itu, seraya beliau bersabda: “Inilah kedua tangan yang dicintai Allah SWT.” (HR. Jamaah).
Betapa mulianya pemuda tersebut di mata Baginda Rasulullah SAW disebabkan karena dia adalah sosok pekerja keras yang ikhlas dan bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab. Sosok muslim seperti inilah yang dicintai dan dibanggakan oleh Baginda Rasulullah SAW.
Perintah Bekerja dalam Ajaran Islam
Islam adalah agama yang mewajibkan pemeluknya untuk bekerja dengan ikhlas, sungguh-sungguh, dan melakukannya secara profesional. Hal ini diperintahkan oleh Allah SWT melalui firman-Nya yang artinya:
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah [9]: 105).
Bekerja adalah cara yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjemput rezeki dan kenikmatan dari-Nya yang telah ditebarkan di permukaan bumi ini. Dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk [67] ayat ke-15, Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu maka berjalanlah di segala penjurunya (bekerja keras) dan makanlah dari sebagian rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Dalam ajaran Islam, seorang muslim minimal bertanggung jawab untuk memberikan nafkah kepada dirinya sendiri, kemudian kepada keluarganya. Islam melarang umatnya menjadi beban bagi lingkungannya.
Baginda Rasulullah SAW memberikan motivasi melalui sabdanya yang artinya: “Sesungguhnya seseorang dari kalian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau tidak.” (HR. Bukhari).
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
Editor : Syahrir Rasyid