Berbeda dengan kepemimpinan ala Rasulullah SAW yang senantiasa mengedepankan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan. Baginda Rasulullah SAW senantiasa bermusyawarah dengan para sahabat dalam menanggapi berbagai hal, termasuk peristiwa perang Uhud yang diabadikan oleh Allah pada Al-Qur’an surat Ali Imran [3] ayat 159 di atas.
Dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa pada peristiwa perang Uhud tersebut Baginda Rasulullah SAW menawarkan dua opsi kepada para sahabat yakni bertahan di Madinah atau keluar bertemu dengan musuh. Mayoritas para sahabat memilih opsi kedua sehingga Rasulullah pun memutuskan untuk keluar menghadapi musuh.
Bertawakal kepada Allah SWT
Sikap tawakal adalah sikap berserah diri kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu keputusan atau pekerjaan atau keadaan. Sikap tawakal adalah sikap dimana seseorang menyerahkan hasil dari segala perkara, ikhtiar, dan usaha yang telah dilakukannya kepada Allah SWT yang Maha Mengatur segalanya.
Dalam peristiwa perang Uhud di atas, setelah bermusyawarah dan berupaya sekuat kemampuan yang ada, Rasulullah SAW pun bertawakal kepada Allah SWT. Merujuk kepada peristiwa tersebut, maka menurut Buya Hamka, seorang pemimpin jika telah memutuskan sesuatu dan membulatkan tekadnya, maka jangan ada lagi perasaan ragu untuk menjalaninya.
Pemimpin yang sudah bertawakal kepada Allah maka akan yakin bahwa apa pun hasil yang ditetapkan oleh Allah atas keputusan yang diambilnya, adalah yang terbaik yang Allah berikan kepadanya. Dia paham betul dengan firman Allah SWT yang artinya:
“.... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216).
Siapa pun anda, terlebih anda yang berniat untuk maju sebagai calon presiden, wakil presiden, kepala daerah, atau anggota legislatif, maka wajib hukumnya untuk memperdalam pengetahuan anda tentang kepemimpinan ala Rasulullah SAW. Tidak ada kata terlambat untuk hal ini.
Jika sudah, maka selanjutnya anda wajib mengimplementasikan pengetahuan anda tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Jika anda mengimplementasikan kepemimpinan ala Rasulullah SAW, maka anda akan berbahagia di dunia dan berbahagia pula di akhirat.
Demikian pula dengan kita yang memilih menjadi rakyat biasa, kita tetap wajib mempelajari lebih mendalam lagi tentang kepemimpinan ala Rasulullah SAW untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ingat, kita semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kita oleh Allah SWT. (*)
Ingat, kita semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kita oleh Allah SWT. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid