get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : Fungsi Strategis Rumah dalam Islam  

HIKMAH JUMAT : Ramadhan dan Metamorfosis Seorang Hamba

Jum'at, 29 Maret 2024 | 04:33 WIB
header img
Suasana Ramadan di Mekah. Setelah menjalankan berbagai ibadah di bulan suci Ramadhan, maka sejatinya manusia pun bermetamorfosis menjadi seorang hamba yang muttaqin. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan Kab. Tangerang

TAK TERASA bulan suci Ramadhan sudah hampir melewati pekan ketiga. Hari Juma’at ini merupakan hari Jum’at ketiga di bulan suci Ramadhan 1445 H. Metamorfosis seperti apakah yang sudah kita rasakan hingga saat ini?  

Metamorfosis merupakan perubahan yang terjadi pada struktur fisik seekor binatang misalnya ulat. Ulat bermetamorfosis menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi makhluk baru yaitu kupu-kupu.   

Metamorfosis yang dialami ulat, ternyata tidak hanya fisiknya yang berubah, namun juga sifat dan perilakunya pun berubah 180 derajat. Ulat yang awalnya secara fisik menjijikkan bagi sebagai besar manusia, bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang disukai banyak orang.

Ulat yang awalnya hidup sebagai perusak tanaman dan dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit manusia, kini berubah menjadi kupu-kupu yang banyak menginspirasi para pujangga dan pekerja seni lainnya.

Kupu-kupu dengan sayapnya yang indah, berwarna-warni motifnya, lincah terbang dari satu tangkai bunga ke tangkai bunga yang lainnya, sungguh mempesona bagi orang yang melihatnya. Kupu-kupu tidak lagi menjadi perusak tanaman, melainkan kini membantu penyerbukan tanaman.

Berbeda dengan ulat yang selalu merusak tanaman, kupu-kupu tidak merusak bunga atau ranting tempat dia hinggap. Ulat memakan berbagai jenis dedaunan, sedangkan kupu-kupu hanya makan dari makanan terbaik yaitu sari pati bunga.

Metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu tentu bukanlah proses yang ringan bagi seekor ulat. Tidak makan dan tidak minum selama berhari-hari, terisolir dan menyendiri, serta terbungkus di suatu tempat pun harus dialami ulat saat memasuki fase kepompong.

Demikianlah proses metamorfosis yang dialami oleh ulat. Bagaimana dengan metamorfosis yang dialami oleh seorang hamba? Adakah serangkaian ibadah di bulan suci Ramadhan ini telah membuat seorang manusia bermetamorfosis menjadi lebih baik?


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
 

Metamorfosis Seorang Hamba

Perilaku dan sifat seekor ulat sebelum bermetamorfosis menjadi kupu-kupu dapat diibaratkan sebagai perilaku dan sifat manusia yang jahat. Bermaksiat, berbuat onar, mendzolimi orang lain adalah beberapa perilaku dan sifat buruk pada seorang manusia.

Ulat sebelum bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, dia harus menjalani fase menjadi kepompong dalam waktu tertentu. Pada fase kepompong inilah ulat berpuasa dan menyendiri. Demikian pula dengan manusia, di bulan Ramadhan inilah hamba yang beriman diwajibkan puasa dan banyak bermuhasabah diri.

Setelah menjadi kepompong, ulat bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah, disukai dan disayangi banyak orang. Begitu pula dengan manusia, setelah menjalankan berbagai ibadah di bulan suci Ramadhan, maka sejatinya manusia pun bermetamorfosis menjadi seorang hamba yang muttaqin.

Oleh karenanya, seorang manusia yang bermetamorfosis menjadi seorang hamba yang muttaqin, akan sama halnya seperti kupu-kupu yang indah, dia memiliki sifat dan karakter mulia seperti tidak melakukan kerusakan di bumi ini, baik kerusakan alam, lingkungan, mental, maupun akhlak pada diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya, seorang manusia yang bermetamorfosis menjadi seorang hamba yang muttaqin, dia akan memakan dan meminum makanan serta minuman yang halal lagi baik. Tidak ada lagi makanan dan minuman yang haram, baik secara zatnya maupun sumber dan cara mendapatkannya.

Selain itu, dia juga akan menjadi orang yang kehadirannya dirindukan oleh banyak orang dan kepergiannya ditangisi oleh banyak orang. Kehadirannya senantiasa menyejukkan dan membawa kedamaian bagi lingkungannya serta menjadi orang yang paling bermanfaat bagi lingkungannya.

Sifat-sifat Mulia Seorang Hamba yang Muttaqin

Begitu banyak orang yang akan menyayangi seorang hamba yang muttaqin. Rasa sayang dari orang banyak itu lahir karena sifat-sifat mulia yang dimiliki seorang manusia yang bermetamorfosis menjadi seorang hamba yang muttaqin.

Sifat-sifat mulia seorang hamba yang muttaqin tidak hanya menyebabkan dia disayang oleh banyak orang, namun pasti juga disayang oleh Allah SWT. Beberapa sifat mulia seorang hamba yang muttaqin dapat dipaparkan berikut ini.


Seorang manusia yang bermetamorfosis menjadi seorang hamba yang muttaqin, akan sama halnya seperti kupu-kupu yang indah. (Foto: Ist)
 

Rendah Hati

Seperti halnya kupu-kupu yang ketika hinggap di sebuah dahan, maka tidak akan pernah ada satu pun dahan yang patah sekecil apa pun dahan itu. Begitulah gambaran seorang hamba yang muttaqin, dimana pun berada dia senantiasa menyebarkan kelembutan dan keindahan, serta tidak suka berbuat kegaduhan, kebencian, keonaran maupun kerusakan.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.” (QS. Al-Furqan [25]: 63).

Gemar Melakukan Shalat Malam

Menyambung firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan [25] ayat 63 di atas, pada ayat ke-64 Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.”

Ayat di atas menggambarkan perilaku seorang hamba yang muttaqin, dia gemar melakukan shalat malam sebagai wujud syukur dia kepada Allah SWT dan sebagai tambahan dari shalat rawatib yang tidak pernah ditinggalkannya. Dia menyadari sepenuhnya bahwa dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki kemampuan apa-apa tanpa anugerah dari Allah SWT.

Selektif dalam Mencari Nafkah

Seorang hamba yang muttaqin akan lebih selektif dalam mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Dia tahu betul konsekuensi apabila dia memberi makan dan minum kepada keluarganya dari makanan dan minuman yang haram, baik secara zat maupun sumber dan cara mendapatkannya.

Dia paham betul dengan firman Allah SWT yang artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 168).

Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul do’anya. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih layak membakarnya.” (HR. Ath-Thabrani).

Terakhir, mari kita bermunajat kepada Allah SWT semoga kita semua dijadikan oleh Allah SWT sebagai bagian dari hamba-hamba-Nya yang mampu bermetamorfosis menjadi seorang hamba yang muttaqin, sebagaimana tujuan Allah mewajibkan kita semua puasa di bulan suci Ramadhan. (*)


Hamba yang muttaqin sadar dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki kemampuan apa-apa tanpa anugerah dari Allah SWT. (Foto: Ist)

 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut