get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : Fungsi Strategis Rumah dalam Islam  

HIKMAH JUMAT : Carut-marut Pengelola Negara, Pilih Pemimpin Amanah

Jum'at, 19 Juli 2024 | 05:50 WIB
header img
Pilih pemimpin amanah. Manusia adalah tempatnya lupa dan salah. Karena itu, tidak ada satu pun manusia yang terbebas dari salah dan dosa selama hidupnya. (Foto: Ist)

Baginda Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas merupakan sebuah peringatan, bahwa jika ada seseorang yang memiliki karakter seperti tersebut di atas, maka hendaknya kita waspada dan jangan jadikan dia sebagai seorang pemimpin, pejabat, atau pengelola negara.

Sekedar mengingatkan saja, bahwa sebentar lagi kita akan melakukan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Belajar dari carut-marutnya para pengelola negara yang terjadi saat ini, maka kita harus lebih selektif dalam memilih pasangan calon Kepala Daerah periode 2024-2029.

Jadikan hadits di atas sebagai panduan untuk menyeleksi setiap pasangan calon Kepala Daerah yang ditawarkan oleh partai maupun pasangan calon independen. Perhatikan rekam jejaknya, partai pengusungnya, dan ada siapa di belakang pasangan calon Kepala Daerah tersebut.

Jangan sampai kita salah pilih. Betapa bahayanya jika kita memilih orang munafik sebagai pemimpin atau pejabat negara. Bagaimana tidak bahaya, Allah Ta’ala saja mereka tipu, apalagi masyarakat atau warga negaranya.

Perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya: “Di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang mukmin. Mereka menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.” (QS. Al-Baqarah [2]: 8-9).

Terkait ayat di atas, dalam tafsir Al Muharrar Al Wajiz karya Ibn ‘Athiyyah dijelaskan bahwa kelompok orang-orang yang menyatakan sesuatu namun sesungguhnya tidak lahir dari dalam hati nuraninya, kelompok ini jauh lebih berbahaya daripada yang terang-terangan menolak kebenaran (kafir). Mereka seperti kawan padahal sesungguhnya mereka adalah lawan.

Selanjutnya Ibn ‘Athiyyah menjelaskan bahwa mereka menduga dengan mengatakan seperti itu telah berhasil menipu Allah dan menganggap Allah tidak mengetahui rahasia yang mereka sembunyikan. Perbuatan buruk yang mereka lakukan itu, cepat atau lambat akan kembali kepada mereka sendiri.


Meraih jabatan sebuah perjuangan. Jabatan laksana sebuah pohon, semakin tinggi sebuah pohon maka akan semakin kencang angin menerpanya. (Foto: Ist)
 

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut