Disebutkan, pada setiap lapisan langit terdapat tempat yang bermacam-macam. Begitu juga dengan planet-planet yang ada di luar angkasa, di mana setiap planet tersebut sangat memengaruhi waktu yang terjadi pada makhluk hidup di Bumi.
“Di tata surya, Bumi ini paling kecil. Matahari besarnya 1,3 kali juta dari Bumi,” ujar dia.
Luasnya lapisan langit ini, memang tidak berujung. Sebagaimana dalam firman Allah SWT, dalam surat Luqman ayat 27:
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Atas dasar itu, Thomas memberikan kesimpulan antara Isra Miraj dan kaitannya dengan sains sebagai berikut:
1. Bukan penerbangan biasa, antar negara dan luar angkasa.
2. Isra Mi'raj perjalanan keluar dimensi ruang waktu.
3. Makkah – Palestina ditempuh sekejap (tidak terikat pada ruang).
4. Perjuangan dengan para Nabi dan gambaran sungai di Surga (tidak terikat pada waktu).
“Kita selalu berbicara tentang ruang, jarak antara Makkah dan Palestina ini jauh. Dan juga ketika kita bicara ruang waktu, itu berbicara soal ukuran, jauh, dekat, besar, kecil. Tetapi Rasul bersama Jibril ini diajak keluar dari dimensi ruang,” jelasnya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid