"Dia akan pergi ke kantor militer karena dia telah menerima surat pemberitahuan,” lanjutnya.
Di desa kecil Velke Slamence, serombongan pengungsi terbaru terlihat berjalan dengan cepat. Mereka berasal dari Uzhhorod, sebuah kota berpenduduk 100.000 orang di seberang perbatasan.
Tatapan mata yang terlihat cemas mencari wajah yang mereka kenal, lalu diikuti dengan teriakan lega, pelukan, serta ciuman. Untuk sesaat, pemandangan itu terasa menyenangkan.
Sebelum Perang Dunia Kedua, kota itu adalah bagian dari Cekoslowakia. Ada ikatan kekerabatan dan solidaritas di kawasan di kaki Pegunungan Carpathia ini sejak seabad silam.
Dia kemudian menggenggam tangan adiknya, bocah pria pemalu. Orang tua mereka tetap tinggal di Ukraina. Tidak jelas siapa yang mereka tunggu.
Tanya meninggalkan Kiev 20 tahun silam, dan saat ini tinggal bersama pasangannya di Stuttgart.
Tapi di sinilah dia, berdiri di pinggir jalan, menunggu untuk menyelamatkan teman lama saat kota asal mereka dilanda kekacauan.
Jan Toth, penduduk desa di perbatasan itu, mengamati kehadiran para pengungsi.
"Mereka tidak membiarkan laki-laki pergi, Putin atau Zelensky," katany.
"Ini adalah bencana,” ujarnya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid