Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang.
CARUT MARUTNYA kehidupan seseorang secara individu maupun bermasyarakat diawali karena kebohongan yang dibuatnya. Terlebih lagi jika kebohongan itu dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap rakyatnya, maka bisa jadi kehidupan bangsa dan negara itu akan jauh dari ketenangan.
Jika kebohongan menjadi sebuah kebiasaan, maka jangan harap perilaku kita akan menjadi semakin baik dan keberkahan hidup akan kita peroleh. Yang akan terjadi justru adalah sebaliknya, yakni perilaku hidup kita yang semakin buruk dan hidup kita pun semakin tidak tenang.
Perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia menang dengan kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 70-71).
Berdasarkan ayat di atas, kunci dari semakin baiknya amal (perilaku) seseorang adalah perkataannya yang benar (jujur). Perkataan yang benar atau jujur itulah yang juga menyebabkan datangnya kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan seseorang karena Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosanya.
Berkata benar atau jujur inilah yang saat ini telah menjadi barang langka dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara, bermasyarakat, bertetangga, bahkan berkeluarga. Pemimpin membohongi rakyatnya, orang tua membohongi anaknya, suami membohongi istrinya atau sebaliknya.
Sungguh kejujuran atau integritas kini telah menjadi barang yang mahal. Indah ketika diucapkan atau dituliskan, tetapi jauh dari implementasi atau pelaksanaan. Kong kali kong terjadi dimana-mana, korupsi merajalela, dan semakin suburnya kemaksiatan adalah pertanda kejujuran hanyalah lips service semata.
Menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan dan jabatan adalah hal lumrah yang dapat kita saksikan saat ini. Rakyat disuap demi jabatan dan kekuasaan. Dengan alasan, mumpung ada kesempatan, rakyat pun senang mendapatkan suap dari orang yang mencari jabatan dan kekuasaan.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)
Editor : Syahrir Rasyid