Bersihkan Jiwa
Allah Ta’ala sesungguhnya telah memberikan jalan agar seorang muslim dapat meraih kebahagiaan yang sejati. Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sungguh beruntung (berbahagia) orang yang menyucikan (jiwa itu) dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91]: 9 – 10).
Ayat di atas, menegaskan bahwa jika kita ingin memiliki kebahagiaan yang sejati, maka yang harus kita lakukan adalah menyucikan atau membersihkan jiwa. Jiwa kita identik dengan hati kita, maka jika kita ingin memiliki kebahagiaan yang sejati, bersihkanlah hati kita dari berbagai penyakit hati.
Di antara penyakit hati yang membuat kita tidak bahagia adalah rasa sombong dan iri hati. Rasa sombong dan iri hati dapat membuat kita tidak bahagia melihat orang lain bahagia. Capek rasanya hidup ini ketika melihat orang lain merasakan kebahagiaan.
Untuk mendeteksi penyakit sombong, gampang saja caranya. Cek saja perasaan kita ketika mendapatkan prestasi atau penghargaan tertentu. Adakah rasa di dalam hati kita kebanggaan yang berlebih dan cenderung memandang remeh orang lain? Jika ada, sombong telah merasuki hati kita.
Sementara itu, untuk mendeteksi rasa iri hati jauh lebih gampang lagi. Jika ada tetangga yang membeli kendaraan baru dan lebih baik dari kendaraan kita, apa rasa apa di dalam dada kita? Jika rasa sesak yang kita rasakan, maka itu artinya kita memiliki penyakit iri hati.
Itu baru dua contoh dari penyakit hati. Sejatinya masih banyak penyakit hati lainnya yang dapat menyebabkan kita tidak merasakan kebahagiaan hidup. Oleh karenanya, bersihkan dan jauhkan hati dari berbagai penyakit hati agar kebahagiaan hidup yang sejati dapat kita nikmati sejak di dunia hingga akhirat nanti.
Pandai Bersyukur
Terkadang kita lebih fokus terhadap sesuatu yang tidak atau belum kita miliki. Kita abai dengan segala sesuatu yang sudah kita miliki saat ini. Sikap inilah yang kemudian menimbulkan kegelisahan, hidup menjadi tidak tenang dan ujung-ujungnya hidup merasa tidak bahagia.
Rasa syukur harus kita lakukan dalam setiap keadaan, tidak hanya ketika kita mendapatkan anugerah berupa harta atau kekayaan yang banyak. Jika dengan nikmat yang kecil saja kita mampu bersyukur, terlebih lagi tatkala kita mendapatkan nikmat yang besar.
Allah Ta’ala berfirman: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)
Rasa syukur harus kita lakukan dalam setiap keadaan, tidak hanya ketika kita mendapatkan anugerah berupa harta atau kekayaan yang banyak. (Foto: Ist)
Editor : Syahrir Rasyid