JAKARTA, iNewsSerpong.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku kurang puas meski peringkat investasi Indonesia naik ke posisi 66. Walaupun peringkat ini melesat dari sebelumnya berada di urutan ke-90.
Erick optimis peringkat investasi Indonesia akan setara dengan Singapura dan Hong Kong. Indonesia kini telah memiliki aturan hukum baru yakni, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja.
Menurut Erick pemerintah terus mendorong kemudahan regulasi agar investasi masif terjadi di dalam negeri. Ambisi itu agar posisi Indonesia bisa setara Hongkong dan Singapura.
Dalam skemanya, pemerintah menargetkan 55 persen investasi berasal dari investor domestik. Sementara 45 persen bersumber dari investor asing. Erick memandang skema ini sebagai satu keseimbangan investasi.
"Kita lihat juga peringkat kita sudah naik dari 90 ke 66 sekarang. Apakah puas sekarang? Tidak, kita harus dorong yang namanya global financial kita, dorong sedekat mungkin ke Hongkong dan Singapura supaya kita kompetitif dan menjaga keseimbangan daripada investasi, dimana lokalnya 55 persen, asingnya 45 persen," ungkap Erick, dikutip Rabu (23/3/2022).
Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan perusahaan investasi terbaik dibandingkan United Arab Emirates (UAE), Portugal, Malaysia, dan sejumlah negara lainnya. Klaim Erick Thohir berdasarkan salah satu artikel yang diterbitkan media asal Amerika Serikat.
"Terima kasih Omnibus Law, kemarin banyak pikiran negatif, ini Omnibus Law justru memastikan pengembangan ketenagakerjaan dan ekonomi Indonesia. Ini Justru mendorong, kita lihat datanya terakhir, sekarang Indonesia menurut salah satu media di AS, ini kita sekarang one of the best investment company dibandingkan Portugal, UAE, Malaysia, dan lain-lain," ujar Erick.
Erick menilai artikel tersebut cukup beralasan. Pasalnya, sejumlah indikator adanya peningkatan investasi di suatu negara sudah terjadi di Indonesia.
"Tentu disini ada alasan, satu di sini ada indikasinya corruption, damanik, ekonomi skill, kita punya skil yang besar, enterpreneuria yang masih diperlukan, inovatif dan lain-lain," tutup Erick.(*)
Editor : A.R Bacho