5 Fakta Penyebab Israel Kalah dalam Perang Melawan Iran

TEHERAN, iNewsSerpong.id - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa tujuan Israel telah tercapai dalam pernyataannya yang mengakui gencatan senjata.
Namun, pernyataan tersebut tampaknya penuh masalah.
Pada awal perang yang singkat itu, Netanyahu menyatakan dua tujuan: "memangkas program nuklir" dan "pergantian rezim". Ternyata jauh dari kenyataan.
1. Program Nuklir Iran Tetap Berjalan
Apakah program nuklir Iran dihentikan?
"Jawabannya kemungkinan besar negatif," kata Ori Goldberg, pakar Iran, dilansir Al Jazeera.
Iran tampaknya mampu mengangkut material yang dapat terbelah dari fasilitas Fordow yang diserang oleh Amerika Serikat. Persediaan ini adalah bagian terpenting dari program nuklir, sehingga usaha untuk 'memangkas' tampaknya telah gagal.
Kerusakan apa yang mungkin ditimbulkan Israel pada program nuklir Iran pun tidak jelas. Meskipun Israel berhasil membujuk AS untuk menyerang fasilitas nuklir Iran dengan menggunakan bom penghancur bunker, Massive Ordnance Penetrators (MOP), AS tidak banyak membantu serangan tersebut. Tingkat kerusakan akan sulit dievaluasi karena Iran tidak akan mengizinkan akses luar.
2. Tidak Ada Perubahan Rezim
Apakah Israel berhasil menciptakan "perubahan rezim" di Iran?
"Jawaban singkatnya adalah tidak. Israel justru mencapai hasil yang sebaliknya," kata Goldberg.
Israel berusaha memicu pemberontakan terhadap rezim dengan membunuh para pemimpin militer ada di berbagai struktur keamanan Iran. Namun, strategi ini tidak berhasil. Meskipun pembunuhan para komandan senior Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) bertujuan untuk mengacaukan musuh, tindakan tersebut justru menggalang dukungan rakyat di sekitar pemerintah.
Banyak orang Iran yang dianggap penentang Republik Islam malah bersolidaritas dengan IRGC karena mereka melihat bahwa negara mereka secara keseluruhan diserang, bukan hanya rezimnya. Pemboman 'simbol rezim' hanya memperburuk situasi bagi para tahanan di penjara, dan tindakan tersebut berbalik menjadi dukungan bagi pemerintah.
3. Melanggar Hukum Internasional
Jika Israel tidak berhasil mencapai tujuan perang, apakah mereka setidaknya berhasil menggalang dukungan dunia?
Hal ini tampaknya meragukan. Presiden Donald Trump serta AS memang menyerang fasilitas nuklir Iran, tetapi tindakan tersebut melanggar beberapa aturan dasar hukum internasional, yang kemungkinan akan memiliki implikasi jangka panjang. Namun, Trump tidak ikut berperang bersama Israel, dan pesawat pembom strategis segera kembali ke AS setelah serangan.
Sebelum dan sesudah pemboman, Trump menegaskan keinginannya untuk mencapai kesepakatan antara AS dan Iran, yang seharusnya juga melibatkan Israel, menjadikan langkah ini lebih untuk memenuhi kepentingan politiknya.
4. Iran Menembus Iron Dome
"Israel dengan cepat mencapai dominasi udara atas Iran dan menyerang hampir tanpa batas. Namun, rudal Iran berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel yang terkenal, menyerang jantung Israel dan menyebabkan kerusakan besar, serta angka korban yang belum pernah terjadi sebelumnya," papar Goldberg.
Israel kehabisan rudal pencegat tanpa harapan untuk segera mengisinya kembali, yang menyebabkan ekonomi Israel cepat terhenti. Ini menjadi kemenangan lain bagi Iran.
5. Iran Tidak Runtuh
Meskipun menghadapi pemboman dari Israel, Iran tetap berdiri dan tidak runtuh. Negara ini mengalami ratusan korban jiwa dan kerusakan nyata akibat perang, tetapi citra Iran di mata dunia tetap utuh, dianggap sebagai korban serangan Israel.
Iran berhasil meredakan ketegangan dengan memperingatkan sebelumnya tentang "balasan" atas serangan AS terhadap pangkalan militernya di Qatar. Kesimpulannya, Iran tetap cukup kuat untuk menanggapi gesekan, bahkan meyakinkan Trump untuk memperingatkan Israel agar tidak menyerang setelah gencatan senjata tampaknya telah dilanggar.
"Iran bangkit seperti yang diinginkannya – masih berdiri, dan dengan potensi untuk masa depan," tutup Goldberg. (*)
Editor : Syahrir Rasyid