get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : We Are The Champions

HIKMAH JUMAT : Bahayanya Kebohongan

Jum'at, 01 Agustus 2025 | 05:56 WIB
header img
Kebohongan memiliki konsekuensi yang berbahaya bagi pelakunya. Tidak hanya bahaya di dunia, terlebih bahaya yang sangat besar menanti di akhirat kelak. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang

ALKISAH ADA seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun tugas akhir atau skripsinya. Dia menyimpan seluruh data dan tulisannya di dalam sebuah flashdisk. Namun, suatu hari flashdisk tersebut hilang entah kemana.

Dia pun berupaya untuk menemukan flashdisk yang hilang itu, namun upayanya itu sia-sia belaka. Paniklah dia, dan stres pun kini dia rasakan. Di tengah kepanikannya itu, akhirnya dia memutuskan untuk mengambil jalan pintas, yakni menyalin ulang skripsi temannya yang sudah lulus tahun lalu.

Dia ganti nama temannya dengan nama dia, dan dia ganti juga beberapa bagian dari skripsi temannya itu agar terlihat lebih kekinian. Dia bawa skripsi hasil contekannya itu ke hadapan dosen pembimbingnya. Singkat cerita akhirnya dia pun lulus sidang dengan nilai sangat memuaskan.

Kini, dia pun telah lulus dengan menyandang gelar sarjana. Namun, setiap kali dia melihat ijazahnya, hati kecilnya selalu menolak. Seakan-akan dia diingatkan bahwa ijazahnya itu adalah hasil dari kebohongan. Walaupun ijazahnya asli, namun terdapat kebohongan di dalam prosesnya.

Begitulah kebohongan, bisa jadi mungkin banyak orang yang dapat dibohongi, namun tidak dengan hati kecilnya sendiri. Dan, begitulah manusia, dia bisa menipu dan membohongi siapa saja yang dia kehendaki, namun tidak dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Simaklah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 9).

Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dengan perbuatannya itu mereka telah menipu orang-orang yang beriman dan mengira telah menipu Allah, karena mereka ragu bahwa Allah mengetahui rahasia mereka. Padahal sesungguhnya Allah mengetahui segala yang tampak dan tersembunyi.

Dengan demikian, pada hakikatnya mereka telah menipu diri mereka sendiri. Sebab, cepat atau lambat, mereka akan merasakan akibat buruk dari perbuatannya itu. Oleh karena itu, barangsiapa membohongi dan menipu orang lain, sejatinya dia telah membohongi dan menipu dirinya sendiri.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
 

Kebohongan Membawa ke Neraka

Kebohongan memiliki konsekuensi yang berbahaya bagi pelakunya. Tidak hanya bahaya di dunia, terlebih bahaya yang sangat besar menanti di akhirat kelak. Baginda Rasulullah SAW mengingatkan hal ini melalui sabdanya:

“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang terus bersikap jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kebohongan yang dilakukan seseorang, akan menyebabkan pelakunya membuat kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Kebohongan ditutupi kebohongan, inilah kejahatan yang dapat membawa seseorang ke dalam neraka.

Kebohongan Menyebabkan Kegelisahan

Islam sangat menjunjung tinggi dan mewajibkan adanya kejujuran dalam segala hal dari seluruh umatnya. Mari kita perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat pada Al-Qur’an surat At-Taubah [9] ayat 119 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan jadilah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).”  Ayat tersebut dijelaskan dalam tafsir As-Sa’di, bahwa yang dimaksud orang-orang yang benar (jujur) adalah mereka yang benar ucapannya dan perbuatannya.

Selanjutnya, Baginda Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu. Karena kejujuran adalah ketenangan, sedangkan dusta adalah kegelisahan.” (HR. Tirmidzi).

Kebohongan Ciri Kemunafikan

Munafik adalah sifat yang sangat tercela, oleh karenanya jauhkanlah diri kita dari sifat munafik. Orang munafik diancam akan diazab di dalam neraka paling dasar dan kekal di dalamnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An Nisa [4]: 145).


Kebohongan yang dilakukan seseorang akan menyebabkan pelakunya membuat kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan sebelumnya. (Foto: Ist)
 

Ciri-ciri orang munafik dijelaskan oleh Baginda Rasulullah SAW melalui sabdanya: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Jika bicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari). Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ada tambahan ciri yang keempat yakni “jika berselisih, ia akan berbuat dzalim”.

Rukhsah dalam Kebohongan

Tidak seluruh kebohongan dilarang dan hukumnya berdosa. Terdapat beberapa kebohongan yang diizinkan (mendapatkan rukhsah), bahkan kebohongan ini dianjurkan. Hal ini dapat kita lihat pada sebuah hadits dari Ummu Kultsum yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

“Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan suami kepada istrinya atau pembicaraan istri kepada suaminya.”

Berbohong dalam perang bisa juga kita identikkan dengan berbohong ketika berada dalam bahaya, dengan maksud melindungi diri atau orang lain dari mara bahaya yang mengancamnya. Demikian pula berbohong dalam rangka mendamaikan pihak-pihak yang berselisih, kita diberikan keringanan untuk berbohong.

Sementara itu, bohongnya suami kepada istri atau sebaliknya bohongnya istri kepada suami dimaksudkan dalam rangka menyenangkan pasangan kita. Namun demikian, bukan berarti segala jenis kebohongan kepada istri atau suami seluruhnya diberikan rukhsah.

Terakhir, kita harus ingat bahwa kebohongan tidak hanya dapat merugikan orang lain, sejatinya kebohongan adalah merugikan diri sendiri. Oleh karena itu, jauhkanlah kebiasaan berbohong dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kita semua akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap hal yang kita ucapkan, atau kita lakukan, bahkan perasaan yang ada di dalam hati. Oleh karenanya, berhati-hatilah. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra [17]: 36). (*)


Kebohongan tidak hanya dapat merugikan orang lain, sejatinya kebohongan adalah merugikan diri sendiri. (Foto: Ist)

 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut