get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : We Are The Champions

HIKMAH JUMAT : Riya’ dan Bahayanya

Jum'at, 29 Agustus 2025 | 06:01 WIB
header img
Riya’ adalah penyakit hati yang membahayakan amal ibadah. (Foto: Ist)

Penulis: Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang

SETIAP AMAL ibadah dalam Islam harus dilandasi niat ikhlas semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, tak sedikit di antara kita yang sering tergoda untuk mencari pengakuan dan pujian dari orang lain. Inilah yang disebut dengan riya’.

Secara bahasa, riya’ berasal dari kata ra’a–yura’i yang berarti memperlihatkan.
Dalam istilah syariat, riya’ adalah melakukan suatu amal ibadah agar dilihat manusia dan memperoleh pujian, bukan semata mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa riya’ adalah keinginan seseorang agar kedudukannya terangkat di hati manusia dengan memperlihatkan amal baiknya. Dia akan merasa kecewa jika amal baik yang dilakukannya tidak mendapatkan sanjungan atau pujian dari orang lain.

Baginda Rasulullah SAW bahkan menyebut riya’ sebagai syirik kecil, sebab ia menjadikan manusia berharap kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam amal ibadahnya. Karena itu, setiap muslim wajib berhati-hati terhadap penyakit hati ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ancaman keras kepada orang-orang yang beramal dengan riya’ melalui firman-Nya yang artinya: “Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat riya.” (QS. Al-Ma’un [107]: 4-6).

Pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa ikhlas adalah syarat utama diterimanya amal: “Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama…” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5).

Sementara itu, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu riya.” (HR. Ahmad).

Riya’ adalah penyakit hati yang membahayakan amal ibadah. Riya’ dapat menggugurkan pahala, termasuk syirik kecil, dan dapat membuat amal tidak bernilai di sisi Allah. Terkait bahaya riya’ ini Abu Hurairah RA mengisahkan tentang tiga orang ahli ibadah.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
 

Alih-alih ingin masuk surga, mereka justru dimasukkan ke dalam neraka karena keshalihan mereka hanya terlihat di hadapan manusia. Mereka lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha mengetahui lahir batin dari hati manusia dan tahu niat mereka dalam beribadah.

Orang pertama dipanggil menghadap Allah. Ia merupakan seorang pria yang mati syahid. Si pria mengakui banyaknya nikmat yang diberikan Allah padanya. Allah pun bertanya, “Apa yang telah kau perbuat dengan berbagai nikmat itu?” Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid,” ujarnya.

“Kau telah berdusta. Kau berperang agar disebut sebagai pemberani. Dan, itu telah kau dapatkan,” sangkal Allah. Kemudian, Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-Nya. Dan, akhirnya mujahid riya’ itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke neraka.

Orang kedua pun dipanggil. Ia merupakan seorang ahli agama yang alim. Penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya dan mengajarkan Al-Quran kepada manusia. Seperti orang pertama, Allah bertanya hal sama, “Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmat itu?”

Sang alim menjawab, “Saya telah membaca, mempelajari, dan mengajarkannya Al-Quran karena Engkau.” Namun, Allah berfirman, “Kamu berdusta. Kamu mempelajari ilmu agar disebut sebagai seorang alim dan kamu membaca Al-Quran agar kamu disebut sebagai seorang qari.”

Kemudian, Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-Nya. Akhirnya, orang alim itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke neraka.

Selanjutnya, orang ketiga pun dipanggil. Ia seorang yang memiliki kekayaan berlimpah dan terkenal karena kedermawanannya, didatangkan di hadapan Allah. Seperti orang pertama dan kedua, Allah bertanya hal sama, “Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmat itu?”

Sang dermawan itu menjawab, “Semua harta kekayaan yang aku punya tidak aku sukai, kecuali aku sedekah karena-Mu.” Allah kembali berfirman, “Kamu berdusta. Kamu melakukan itu agar orang-orang menyebutmu orang dermawan dan murah hati.”


Luruskan niat kita dalam beribadah, ikhlaslah karena Allah semata. (Foto: Ist)
 

Kemudian, Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-Nya. Akhirnya, sang dermawan itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke neraka.

Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW pernah menepuk pahaku seraya bersabda, “Wahai Abu Hurairah, mereka adalah manusia pertama yang merasakan panasnya api neraka jahanam pada hari kiamat nanti.” (HR. Muslim).

Selain dinukil oleh Imam Muslim, kisah di atas juga dinukilkan oleh banyak pakar hadits, seperti An-Nasa’i, Ahmad, dan Baihaqy. Kisah yang sama dalam teks hadits yang berbeda juga diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim.

Amal shalih yang kita lakukan sejatinya adalah wasilah bagi kita untuk berjumpa dengan Allah. Allah berfirman: “Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110).

Oleh karena itu, luruskan niat kita dalam beribadah, ikhlaslah karena Allah semata. Perbanyaklah membaca do’a: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari (dosa syirik) yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad).

Banyak ayat di dalam Al-Qur’an maupun hadits, serta teladan para sahabat yang mengajarkan bahwa ikhlas adalah kunci diterimanya amal. Maka teruslah berusaha agar kita bisa ikhlas dalam beribadah.

Jangan pernah menyerah untuk terus berusaha, jika saat ini kita masih sulit untuk ikhlas dalam beribadah. Terus paksakan hati kita untuk ikhlas dalam beribadah dan beramal. Karena jika kita menyerah maka setanlah yang jadi pemenangnya.

Yakinlah, dengan kita terus dan terus berusaha, maka ikhlas itu akan hadir dalam hati kita, dan Riya’ pun akan sirna. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang ikhlas, terhindar dari riya’, dan diterima segala amal kebaikan kita. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. (*)


Hobi pamer bagian dari Riya. Terus paksakan hati kita untuk ikhlas dalam beribadah dan beramal. (Foto: Ist)

 

Wallahu a’lam bish-shawab.

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut