HIKMAH JUMAT : Ketika Dunia Tak Lagi Pasti
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
DUNIA memang tak pernah pasti. Semuanya akan berubah, karena yang pasti hanyalah perubahan itu sendiri. Namun demikian, perubahan yang terjadi saat ini boleh dibilang sangat radikal. Oleh karenanya, era ini disebut era Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity (VUCA).
Volatility terkait dengan perubahan yang cepat dan tak terduga, sedangkan uncertainty ditandai dengan adanya ketidakpastian dalam berbagai hal. Complexity terkait dengan banyaknya variabel yang terlibat dalam pengambilan keputusan, sedangkan ambiguity terkait dengan adanya interpretasi yang berbeda terhadap situasi yang sama.
Kondisi di atas, tidak hanya dijumpai di dunia bisnis, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Di era modern saat ini, masyarakat di berbagai belahan dunia sedang menghadapi ketidakpastian yang semakin luas.
Krisis ekonomi global, perubahan iklim, konflik politik, wabah penyakit, peperangan, serta derasnya arus informasi yang sering kali menyesatkan membuat banyak orang hidup dalam kecemasan.
Dunia terasa begitu cepat berubah, dan manusia berada pada pusaran ketidakpastian yang sulit diprediksi. Rasa aman yang dulu dianggap stabil kini tak lagi pasti. Dalam kondisi seperti ini, manusia mudah merasa cemas, gamang, dan tidak tahu ke mana harus bersandar.
Dalam situasi seperti ini, Islam memberikan fondasi yang kuat agar seorang muslim tetap tenang, stabil, dan optimis. Sebagai agama petunjuk, Islam menghadirkan prinsip-prinsip kokoh yang menuntun hati agar tetap teguh dalam menghadapi ketidakpastian.
Sejak awal Islam sudah mengingatkan bahwa kehidupan dunia memang penuh ujian dan ketidakpastian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 155 yang artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan; dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.”

Pada sisi yang lain, dunia memang membuat seorang muslim harus banyak berpikir dan berhati-hati dalam bertindak di tengah ketidakpastian ini, sehingga dunia pun laksana penjara. Kondisi ini sejalan dengan sabda Baginda Rasulullah SAW: “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)
Di tengah kondisi yang seperti itu, iman menjadi sumber ketenangan yang akan membuat seseorang senantiasa mengingat Allah (dzikrullah): “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra'd [13]: 28)
Iman akan membuat seorang muslim untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dan penuh kehati-hatian dalam segenap aktivitasnya. Iman juga yang akan mengantarkannya untuk bertawakal kepada Allah dalam ketidakpastian ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS. Ath-Thalaq [65]: 3).
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; ia pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Tawakal membuat seorang muslim tetap jernih dalam berpikir di tengah kekacauan yang ada. Dia tidak panik ketika tiba-tiba rencana harus berubah, karena hatinya telah bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan kepada situasi dunia.
Selain itu, seorang muslim sejati ketika tidak semua keinginannya terpenuhi sesuai rencana, maka dia menjadikan sabar sebagai perisainya. Sabar bukan hanya sekedar menahan diri, namun kemampuan mengelola emosi, mengendalikan pikiran, dan menjaga tindakan agar tetap sesuai dengan syariat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar [39] ayat ke-10 telah menjanjikan pahala yang tak terbatas bagi orang yang bersabar: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Tanpa batas adalah sebuah penghargaan yang menunjukkan betapa sabarnya seorang muslim bernilai sangat besar di sisi Allah. Di era penuh ketidakpastian ini, sabar menjadi sumber energi yang membuat seseorang tetap kuat, kokoh, dan tidak mudah menyerah atau terjerumus dalam keputusasaan.

Selanjutnya, Islam juga menekankan pentingnya solidaritas setiap saat. Terlebih lagi di era seperti sekarang, sesama muslim harus saling menguatkan.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya ibarat satu bangunan yang saling menguatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jangan lupa juga untuk terus melangitkan do’a. Salah satu do’a yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah SAW agar hati tetap tenang adalah: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari rasa takut dan kikir, serta dari lilitan hutang dan tekanan manusia”. (HR. Bukhari)
Terakhir, sebagai seorang muslim maka sejatinya kita memiliki pegangan yang sangat kuat dan hebat dalam kondisi apa pun. Mari kita kembalikan kondisi dunia yang tak pasti ini kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian maka kita tak kan tersesat.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara; kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Malik)
Ketika dunia tak lagi pasti, seorang muslim tidak perlu terperangkap dalam kecemasan. Islam sudah memberikan perangkat yang kuat, yakni iman yang menenangkan, sabar yang menguatkan, tawakal yang meneguhkan, do’a yang menentramkan, serta jaringan ukhuwah yang saling menguatkan. (*)

Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid