HIKMAH JUMAT : Jangan Salah Pilih Teman
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
MANUSIA ADALAH makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Sejak lahir hingga akhir hayat, manusia selalu berada dalam lingkaran hubungan: keluarga, sahabat, rekan kerja, dan lingkungan masyarakat.
Dalam Islam, pertemanan bukan sekadar hubungan sosial biasa, tetapi memiliki dampak besar terhadap keimanan, akhlak, dan arah kehidupan seseorang. Karena itu, memilih teman bukan perkara sepele.
Salah memilih teman dapat menyeret seseorang pada keburukan, sementara berteman dengan orang saleh bisa menjadi jalan menuju kebaikan, bahkan surga. Islam memandang pertemanan sebagai salah satu faktor pembentuk kepribadian.
Baginda Rasulullah SAW dengan tegas mengingatkan bahwa karakter seseorang sangat dipengaruhi oleh teman pergaulannya. Dalam sebuah hadits yang sangat masyhur, Baginda Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa pertemanan bukan hanya mempengaruhi perilaku lahiriah, tetapi juga agama dan keyakinan seseorang. Teman bisa menjadi cermin, sekaligus penentu arah hidup: menuju ketaatan atau kemaksiatan.
Al-Qur’an telah memberikan peringatan keras tentang bahaya salah memilih teman. Salah satu gambaran paling menyentuh terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:
“Dan (ingatlah) hari ketika orang zalim menggigit kedua tangannya, seraya berkata: ‘Wahai, sekiranya dahulu aku mengambil jalan bersama Rasul.’ Celakalah aku! Sekiranya aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku.” (QS. Al-Furqan [25]: 27–28)
Ayat ini menggambarkan penyesalan yang mendalam di hari kiamat akibat pertemanan yang menyesatkan. Teman yang buruk bukan hanya merugikan di dunia, tetapi juga menjadi sebab kesengsaraan di akhirat.
Penyesalan tersebut tidak lagi berguna karena kesempatan telah berlalu. Oleh karenanya, pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 67)

Sebaliknya, Islam juga menjelaskan betapa besarnya keutamaan berteman dengan orang-orang saleh. Teman yang baik akan mengingatkan ketika kita lalai, menasihati saat kita salah, dan menguatkan ketika iman melemah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 28)
Ayat ini menegaskan pentingnya memilih lingkungan pertemanan yang dekat dengan Allah. Orang-orang yang gemar berzikir, beribadah, dan berakhlak mulia akan menularkan kebaikan tersebut kepada sahabatnya, baik secara langsung maupun tidak.
Baginda Rasulullah SAW juga memberikan perumpamaan yang sangat indah tentang teman yang baik dan teman yang buruk. Simaklah sabda Baginda Rasulullah SAW berikut ini:
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi memberimu minyak wangi, atau kamu membeli darinya, atau setidaknya kamu mencium bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi ia membakar pakaianmu, atau kamu mencium bau tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa teman yang baik pasti membawa manfaat, minimal memberikan pengaruh positif. Sementara teman yang buruk, meskipun tidak secara langsung merusak, tetap memberi dampak negatif.
Saat ini ada istilah dalam pertemanan yang populer yaitu “toxic friend”. Istilah “toxic friend” dalam konteks modern merujuk pada teman yang membawa pengaruh buruk, melemahkan mental, atau mendorong pada keburukan.
Di antara ciri-ciri teman yang harus diwaspadai pertama adalah teman yang mengajak kepada kemaksiatan dan melalaikan ibadah. Teman yang seperti ini suka meremehkan shalat, mengejek ketaatan, atau mengajak pada perbuatan haram yang jelas berbahaya bagi iman.
Yang kedua adalah teman yang senang mengghibah, fitnah, dan kebiasaan buruk lisan lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (QS. Al-Hujurat [49]: 12)
Selanjutnya adalah teman yang suka menanamkan sifat putus asa dan negatif, teman yang selalu mengeluh, merendahkan orang lain, dan menjauhkan dari harapan kepada rahmat Allah dapat merusak hati secara perlahan.
Yang terakhir adalah teman yang mendorong pada kesombongan dan cinta dunia berlebihan. Islam mengajarkan keseimbangan, bukan hidup dalam hedonisme yang melupakan akhirat.

Islam tidak melarang berteman dengan siapa pun, tetapi Islam memberikan panduan dalam memilih sahabat dekat. Berikut adalah beberapa kriteria teman terbaik menurut ajaran Islam.
Yang pertama adalah beriman dan bertakwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13)
Yang kedua adalah berakhlak mulia dan jujur. Teman yang jujur akan menjaga amanah dan tidak menjerumuskan. Selanjutnya adalah mau saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-‘Ashr [103] ayat 1–3.
Yang keempat adalah mengingatkan kepada Allah, bukan menjauhkan. Teman seperti inilah yang kelak akan menjadi penolong di akhirat. Islam mengajarkan bahwa tidak semua hubungan pertemanan berakhir di dunia, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zukhruf [43] ayat ke-67 yang telah disebutkan di atas.
Ayat ini menjadi penegasan bahwa hanya pertemanan yang dibangun atas dasar ketakwaan yang akan berlanjut dan membawa kebahagiaan di akhirat. Pertemanan yang dibangun atas kepentingan duniawi semata justru berubah menjadi permusuhan.
Oleh karena itu, janganlah sembarangan memilih teman, karena memilih teman sejatinya adalah memilih masa depan. Teman bisa menjadi jalan menuju surga atau penyebab tergelincir ke neraka.
Islam dengan sangat jelas memberikan panduan agar umatnya berhati-hati dalam menentukan lingkaran pertemanan. Di tengah maraknya pengaruh negatif dan pergaulan yang semakin kompleks, seorang Muslim dituntut untuk cerdas dan bijak dalam berteman.
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang dikelilingi oleh sahabat-sahabat saleh terbaik, yang saling mengingatkan dalam ketaatan, menenangkan dalam kesabaran, dan kelak dikumpulkan kembali bersama di surga-Nya. Aamiin. (*)

Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid