Nilai tersebut turun Rp 2,5 triliun dari posisi akhir 2021 yang sebesar Rp 72,13 triliun. Corporate Secretary BNI Mucharom menambahkan BNI tidak hanya mampu mencatatkan pertumbuhan kredit positif tetapi juga peningkatan kualitas kredit yang utamanya terlihat dari baki restrukturisasi kredit yang semakin rendah. “Pelaku usaha terdampak mulai semakin percaya diri prospek kinerja bisnisnya sehingga sudah dapat melakukan cicilan seperti sebelum pandemi,” tuturnya. Ekspansi yang dilakukan BNI pada masa pemulihan ekonomi ini semakin berkualitas, sehingga membuat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) juga semakin turun. Tahun lalu, perseroan melaporkan penurunan NPL 60 basis poin (bps) menjadi 3,7 persen dibandingkan posisi 2020 yang sebesar 4,3 persen. Sedangkan, NPL per Maret 2022 kembali membaik ke level 3,46 persen.(*)
Editor : A.R Bacho