Salah satu yang terekam dalam kisah itu saat dia memburu target, seorang penjual bunga. Pelaku penculikan dan pembunuhan putrinya itu menjual bunga di jalanan serta bergabung dengan kartel Zeta.
Keluarga Miriam yang ikut dalam perburuan mengisahkan, Miriam berlari di gang sempit untuk mengejar targetnya. Bahkan dia sampai bergelut dengan target di rel kereta. Perlawanan pelaku berakhir setelah Miriam menempelkan pistol ke punggung pelaku. "Jika Anda bergerak, saya akan menembak," katanya, seperti dikisahkan kembali anggota keluarga, seperti dilaporkan The New York Times.
Miriam membekuknya sampai hampir 1 jam sebelum polisi datang dan menangkap pelaku.
Dalam 3 tahun, Miriam menangkap hampir semua pelaku. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai anggota geng kriminal, seorang pemeluk Kristen yang taat, sopir taksi, sales mobil, sampai pengasuh anak. Secara keseluruhan Miriam sudah menangkap 10 orang.
Prestasi yang luar biasa untuk ukuran seorang perempuan warga sipil paruh baya sehingga membuatnya terkenal. Namun, ketenaran Miriam jusru mengundang malapetaka. Kedekatannya dengan pemerintah dan polisi membuat kelompok kartel muak.
Pada 2017, beberapa pekan setelah berhasil memburu target terakhirnya, Miriam ditembak mati di depan rumahnya. Saat itu suaminya sedang menonton TV di dalam rumah. Sang suami kaget melihat istrinya ambruk dalam posisi telungkup di jalan. Saat itu tangannya masih terselip di dalam tas, sepertinya hendak mengambil pistol untuk melawan.
Bagi banyak warga San Fernando, Miriam dianggap sebagai pahlawan dan simbol melawan impunitas para penjahat. Perjuangan Miriam dilanjutkan putranya, Luis (36). (*)
Editor : Burhan
Artikel Terkait