HIKMAH JUMAT : Tiga Amalan Agar Selamat dari Musibah

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Ujian datang silih berganti, laksana ombak yang saling susul menyusul, membuat manusia semakin tangguh dan gagah dalam mengarungi lautan kehidupan. (Foto : iNews)

Pada surat yang lain, dengan mendatangkan musibah, Allah SWT bermaksud agar dapat mengetahui siapa di antara manusia yang benar keimanannya dan siapa yang berdusta atau palsu keimanannya. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29]: 2-3)

Namun demikian, sebagai hamba Allah yang beriman, Islam mengajarkan kepada kita amalan yang dapat dilakukan oleh kita agar terhindar dan selamat dari musibah. Beberapa amalan tersebut tiga di antaranya dapat dipaparkan di bawah ini.

Jangan Melakukan Kesyirikan

Syirik adalah mempersekutukan Allah dengan sesuatu dalam beribadah. Kesyirikan adalah segala bentuk amalan yang di dalamnya terdapat aktivitas syirik. Orang yang melakukan syirik disebut musyrik.

Menurut Imam As-Sa’di, termasuk dalam bentuk-bentuk kesyirikan adalah menyembah makhluk seperti menyembah Allah, mengagungkan makhluk seperti mengagungkan Allah, atau memalingkan salah satu kekhususan Allah kepada makhluk dalam rububiyah atau uluhiyyah.

Orang yang melakukan kesyirikan, adalah orang yang paling dzalim di muka bumi. Terhadap hal ini, Allah SWT mengabadikan nasihat Luqman kepada anaknya dalam firman-Nya yang artinya:

Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang yang sangat besar.” (QS. Luqman [31]: 13).

Kesyirikan dapat mengundang datangnya musibah berupa bencana dari Allah SWT. Oleh karenanya, segala bentuk kesyirikan harus dibuang jauh-jauh dan diganti dengan amal shalih yang dilandasi dengan tauhid. Tauhid adalah memurnikan segala bentuk amal dan peribadahan yang kita lakukan hanya untuk Allah semata.

Dalam Al-Qur’an surat An-Nur [24] ayat 55, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. (Syaratnya) mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun dengan-Ku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)


Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network