Perhiasan Dunia dan Kemuliaan Manusia
Anak dijadikan sebagai sebuah simbol dari perhiasan dunia yang paling mahal. Banyak orang tua yang rela mengorbankan apa saja demi kebahagiaan, kesehatan dan keselamatan anak-anaknya. Namun demikian, janganlah kita menilai mahal suatu harta jika itu digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan, keimanan, dan keislaman kita.
Di sisi lain, kita juga tidak boleh dengan mudah mengorbankan nyawa dan mengalirkan darah manusia. Janganlah kita meremehkan nilai kemuliaan manusia. Oleh karenanya, dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, Allah SWT menggantinya dengan seekor sembelihan yang sangat besar.
Hal ini seolah membantah dan mengharamkan tradisi orang-orang zaman dahulu yang suka memberikan persembahan berupa sembelihan manusia kepada sesembahannya. Allah SWT mengingatkan kepada kita semua dalam firman-Nya yang artinya:
“... barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. ...” (QS. Al-Maidah [5]: 32).
Hakikat Pengorbanan
Pengorbanan sejatinya memang harus dilakukan oleh setiap insan. Pengorbanan dalam bentuk tenaga, waktu, pemikiran, harta, dan lain sebagainya sejatinya harus dilakukan oleh setiap insan agar terciptanya keselarasan dalam hidup dan kehidupan ini.
Misalnya saja kita tengah buru-buru mengejar waktu, namun karena lampu lalu lintas warna merah menyala, maka kita harus mengorbankan waktu kita sejenak untuk berhenti. Bayangkan apa yang akan terjadi, jika karena ego, kita tetap memaksakan terus berjalan padahal lampu merah sedang menyala.
Itulah hakikat pengorbanan. Andaikan saja Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS saat itu mengedepankan egonya, maka tentu hari ini hidup dan kehidupan kita akan sangatlah kacau. Semua orang akan mengedepankan ego dan keserakahannya. Namun beruntung, Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS tidak melakukannya.
Sekali lagi, di sinilah hakikatnya kurban. Hewan kurban yang kita sembelih adalah simbol terhadap wajibnya kita menyembelih ego kebinatangan kita, serta keserakahan dan nafsu angkara murka kita.
Semuanya kita lakukan agar dapat menggapai kedekatan (qurb) dengan Allah SWT, karena pada dasarnya kurban adalah bentuk solidaritas yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (*)
Anak dijadikan sebagai sebuah simbol dari perhiasan dunia yang paling mahal. (Foto : Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait