Pada usia 18 tahun, beliau mulai menuliskan kitab Qadlaya al-Sahabah wa al-Tabi’in. Kemudian Muhammad bin Isamil ini pergi ke Madinah untuk mempelajari hadis dari para ulama di sana. Di Madinah, beliau menulis kitab at-Tarikh alKabir; kitab tentang biografi para perawi hadits di samping makan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم .
Hampir-hampir beliau menuliskan cerita tersendiri di setiap biografi ulama yang beliau tulis, tapi khawatir terlalu banyak maka tak jadi beliau tulis. Imam Bukhari menulis biografi lebih dari 1.000an ulama dalam bukunya at-Tarikh tersebut.
Imam Bukhari Belajar ke Makkah
Imam Bukhari belajar di Makkah dan Madinah, atau terkenal dengan nama Hijaz selama 6 tahun, yaitu dari tahun 210 H – 216 H. Mengembara ke Sejumlah Negara Imam Bukhari terkenal gigih dalam memburu sebuah hadis.
Jika mendengar sebuah hadis, maka dia ingin mendapat keterangan tentang hadis itu secara lengkap. Imam Bukhari harus bertemu sendiri dengan orang yang meriwayatkan hadis tersebut. Dalam mengumpulkan hadis-hadis itu, Imam Bukhari mengembara dan melanglang buana mulai daerah Makkah, Madinah, Syam, Baghdad, Wasit, Basrah, Bukhara, Kufah, Mesir, Harah, Naisapur, Qarasibah, ‘Asqalan, Himsh, dan Khurasan.
Imam Bukhari kemudian menetap di Makkah dan Madinah selama enam tahun, Kufah, dan Baghdad. Tak jarang beliau bolak-balik ke tempat tersebut karena mendapati keterangan baru atau hadis baru.
Menurut pengakuannya, kitab hadits yang ditulisnya membutuhkan jumlah guru tidak kurang dari 1.080 orang guru hadits. Dalam salah satu perjalannya kepada Adam bin Abu Ayas, Imam Bukhari kehabisan uang. Tanpa uang sepeser pun, dia hidup sementara dengan daun-daun tumbuhan liar. Perjalanan panjang itu akhirnya membuat sang Imam dapat mengumpulkan sedikitnya 600.000 hadis.
Dari angka tersebut, 300.000 di antaranya dihafal. Hadis-hadis yang dihafal itu terdiri atas 200.000 hadis tidak sahih dan 100.000 hadis sahih.
Imam Bukhari Difitnah
Imam Bukhari pernah dituduh berpaham Al Quran itu makhluk dan dikucilkan masyarakat Naisabur dan Samarkand saat itu hingga jatuh sakit dan wafat.. Mulanya, pada tahun 250 H, Imam Bukhari datang ke Naisabur. Beliau menetap di sana selama beberapa waktu dan terus beraktifitas mengajarkan hadits.
Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli -tokoh ulama di kota itu dan juga salah satu guru Imam Bukharimengatakan kepada murid-muridnya, “Pergilah kalian kepada lelaki salih dan berilmu ini, supaya kalian bisa mendengar ilmu darinya.”
Setelah itu, orang-orang pun berduyun-duyun mendatangi majelis Imam Bukhari untuk mendengar hadits. Ahmad bin ‘Adi menuturkan kisah dari guru-gurunya, bahwa kehadiran Imam Bukhari di kota itu membuat sebagian guru yang ada di masa itu merasa hasad/dengki terhadap beliau.
Satu bulan sejak peristiwa itu, maka orang-orang pun bubar meninggalkan majelis Imam Bukhari kecuali Imam Muslim bin Hajjaj dan Ahmad bin Salamah. Pada akhirnya, Imam Bukhari pun memutuskan untuk meninggalkan Naisabur demi menjaga keutuhan umat dan menjauhkan diri dari gejolak fitnah.
Imam Bukhari menyerahkan segala urusannya kepada Allah جل جلاله .Allah lah Yang Maha mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya. Sebab beliau tidaklah menyimpan ambisi kedudukan maupun kepemimpinan sama sekali.
Imam Bukhari berlepas diri dari tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang yang hasad kepadanya. Suatu saat, Muhammad bin Nashr al-Marwazi menceritakan: Aku mendengar dia -Bukhari mengatakan, “Barangsiapa yang mendakwakan aku berpandangan bahwa Al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk, sesungguhnya dia adalah pendusta. Sesungguhnya aku tidak berpendapat seperti itu".
Setelah keluar dari Naisabur, Imam Bukhari pergi ke Khartank, sekitar 2 farsakh atau sekitar 12 km dari Samarkand. Di sana, Imam Bukhari tinggal di rumah saudaranya. Sampai akhirnya beliau jatuh sakit.
Sehingga suatu malam, Imam Bukhari berdoa kepada Allah. "Ya Allah, sesungguhnya telah sempit bagiku dunia yang sebenarnya luas. Maka ambillah nyawaku".
Imam Bukhari wafat pada usia 62 tahun kurang 13 hari pada Jumat malam, bertepatan dengan malam Idul Fitri. Beliau dikebumikan setelah shalat dzuhur pada tahun 256 Hijriah di Desa Khartank yang terletak dekat dengan Samarkand yakni kini dikenal dengan Uzbekistan.
Karya Imam Bukhari Imam Bukhari mempunyai karya tulis cukup banyak, antara lain: Al-Jami’ Ash-Shahih. Karya ini disebut dengan nama Al-Jami’ Ash-Shahih Al-Musnad min Hadits Rasulillah saw sunnatihi wa Ayyamihi. Kadang disebut Al-Jami' Al-Musnad AlShahih Al-Mukhtashr min Umar Rasulullah wa Sunanih wa Ayyamihi atau biasa disebut "Shahih al Bukhari".
Yakni kumpulan hadis-hadis shahih yang beliau persiapkan selama 16 tahun. At-Tarikh Al-Kabir Karya ini ditulis beliau ketika usianya baru mencapai 18 tahun.
Demikian Kisah Imam Bukhari lengkap dari waktu kecil hingga mencari hadits.(*)