Pimpin PWI 2 Priode
Margiono adalah mantan Ketua Umum PWI Pusat dua priode. Dua priode dalam kepengurusan PWI Pusat (2008-2018) itu kami bahu membahu menjalankan roda organisasi wartawan tertua di Indonesia itu. Saya Sekretaris dan Ketua Dewan Kehormatan PWI.
Ada masa- masa sulit, tapi kesulitan itu bisa dibuat mudah oleh Margiono. Bahkan pada priode kepemimpinannya iuran anggota yang sulit ditagih, dibebaskan. Free of charge.
Tidak hanya itu, Margiono sering pula membiayai atau sekurangnya menalangi kebutuhan dana organisasi PWI dari kantong pribadinya. Dan, itu sejak awal. Di mulai ketika terpilih sebagai Ketua Umum PWI di Kongres Aceh 2008.
Renovasi Kantor PWI besar-besaran dibiayainya sendiri. Sebagai Ketua Umum PWI Pusat, Margiono memang dibekali banyak "perlengkapan". Nama dan reputasinya cukup membanggakan. Dia dikenal sebagai wartawan pemberani.
Salah satu media yang dipimpinnya dulu, Majalah "Detektif Romantika" pernah bikin geger Indonesia. Sampul depannya menampilkan Presiden Soeharto dalam bingkai kartu King.
Seperti bisa ditebak, dan sudah diperhitungkannya, media itu memang kena breidel penguasa. Margiono juga dapat sanksi dari organisasi PWI. Margiono adalah wartawan dan direksi group media besar "Jawa Pos".
Koran Rakyat Merdeka
Dua puluh tahun terakhir ia mengembangkan grup media sendiri "Rakyat Merdeka". Media ini termasuk berani. Pernah dalam satu kurun, terutama di awal-awal, "Rakyat Merdeka" menyajikan isu- isu sensitif yang menyerempet kekuasaan.
Salah satu headline nya yang sempat digugat di pengadilan di masa pemerintahan Megawati sebagai Presiden RI. Margiono cerita, masa itulah dia kebingungan. Bersamaan di satu hari medianya menghadapi sidang gugatan di banyak pengadilan. Untuk mengatasinya, dia pun memutuskan mengangkat 11 pemimpin redaksi. "Supaya semua sidang gugatan bisa dilayani," katanya.
Kenapa headline " Rakyat Merdeka" keras semua? Suatu kali ia ditanya itu. "Ini era yang kalau tidak berteriak keras, tidak ada yang mau perduli aspirasi rakyat," alasannya.
Editor : Syahrir Rasyid