HIKMAH JUMAT : Kepemimpinan ala Rasulullah SAW

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Kepemimpinan harus dimiliki oleh setiap insan. Dalam ajaran Islam, setiap individu siapa pun itu sejatinya adalah pemimpin. (Foto: Ist)

Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”

Ayat di atas menggambarkan salah satu sikap bijaksana dari Baginda Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin ketika umat Islam menderita kekalahan di perang Uhud. Kekalahan tersebut disebabkan oleh pasukan pemanah yang tidak patuh menjaga bukit.

Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali Imran [3] ayat 159 di atas, maka dapatlah diambil teladan kepemimpinan ala Rasulullah SAW sebagai berikut:

Bersikap Lemah Lembut

Pada peristiwa kekalahan perang Uhud, Baginda Rasulullah SAW memilih untuk bersikap lemah lembut kepada seluruh pasukannya yang terlibat di dalam perang Uhud. Walaupun, pasukan tersebut tidak taat atau melanggar instruksi yang diberikan oleh Baginda Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW tahu betul bahwa kemarahan, caci maki dan sikap-sikap tidak terpuji lainnya dari seorang pemimpin, tidak akan mampu menyelesaikan masalah dan tidak akan mengubah kekalahan menjadi kemenangan. Justru dengan sikap lemah lembut itulah kemudian pasukan umat Islam menjadi sadar akan kesalahannya dan tumbuh semangat untuk memperbaiki dirinya.

Rasulullah SAW sangat paham bahwa seorang pemimpin yang memimpin rakyatnya dengan sikap yang kasar lagi keras hati, tidak akan sukses dalam menjalankan amanah kepemimpinannya. Sikap Baginda Rasulullah SAW yang penuh belas kasih ini, dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang artinya:

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), dan amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah [9]: 128). 

Mengedepankan Musyawarah dalam Pengambilan Keputusan

Pemimpin yang baik, bukanlah pemimpin yang bersifat otoriter dimana setiap keputusan yang diambilnya adalah keputusan individu pemimpin itu sendiri dan menuntut orang-orang yang dipimpinnya taat dengan keputusan yang diambilnya itu.

Pemimpin yang otoriter juga tidak memberikan kebebasan kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk bertindak seperti yang diinginkannya. Tidak ada pilihan lain bagi orang-orang yang dipimpin kecuali taat kepada keputusan pemimpinnya.


Kepemimpinan Baginda Rasulullah SAW dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat yang heterogen. (Foto: Ist)
 


Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network