Namun demikian, secara ilmiah dan empiris dapat kita sepakati bahwa puasa memang berpeluang menyebabkan tubuh seseorang menjadi lebih sehat dari sebelumnya. Oleh karena itu, sehatnya seseorang karena puasa, janganlah dijadikan sebagai niat, cukuplah dianggap sebagai bonus dari ibadah puasa yang dilakukan secara ikhlas karena Allah Ta’ala.
KH. Zainuddin MZ pernah mengilustrasikan terkait niat ini dengan ilustrasi yang sangat mudah untuk dipahami. Beliau mengibaratkan seseorang membeli seekor sapi, maka pulangnya akan membawa sapi sekaligus tambangnya. Sebaliknya, seseorang membeli tambang maka jangan berharap pulangnya membawa tambang sekaligus sapinya.
Beliau menjelaskan bahwa seseorang yang membeli sapi itu ibarat orang yang beribadah demi negeri akhirat yakni karena Allah, maka dia sekaligus akan mendapatkan bonus duniawi. Sementara itu, seseorang yang membeli tambang itu ibarat orang yang beribadah demi berbagai hal yang bersifat duniawiyah, maka jangan harap dia akan mendapatkan kebaikan negeri akhirat.
Fatal akibatnya, jika kita salah dalam berniat ketika melakukan ibadah apa pun termasuk puasa. Mari kita perhatikan firman Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Huud [11] ayat ke-15 sampai 16 yang artinya:
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.”
Na’udzubillahi min dzalik, semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari salah dalam berniat untuk melakukan suatu amalan atau ibadah. Kita juga berharap semoga dengan puasa Ramadhan tahun ini, kita menjadi orang yang bertakwa sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 163). (*)
Allah hanya meminta beribadah kepada-Nya dengan niat yang tulus, ikhlas, murni tidak bercampur dengan niatan yang lain, termasuk dalam menjalankan ibadah puasa. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait