OPINI: Oleh Syahrir Rasyid, Pimpinan Redaksi iNewsSerpong
GAYA sarapan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin baru-baru ini mencuri perhatian warganet. Lewat akun Instagram pribadinya, @bgsadikin, sang Menkes memperlihatkan kebiasaannya menikmati sarapan sederhana: kukusan.
Menu yang tampak sepele itu justru menyimpan pesan besar — tentang gaya hidup sehat dan kesadaran nutrisi.
Dalam unggahannya, Budi menyebut tren sarapan kukusan sebagai “Fear of Missing Out (FOMO) / takut ketinggalan -- yang positif", dorongan ikut tren yang justru membawa manfaat. Ia mendorong masyarakat ikut beralih ke pola makan yang lebih sehat dan alami.
Secara ilmiah, metode memasak dengan mengukus memang terbukti menjaga lebih banyak vitamin dan mineral dibanding menggoreng atau memanggang dengan suhu tinggi.
Makanan Rendah Lemak
Tanpa tambahan minyak, garam, dan bahan pengawet, makanan kukus menjadi pilihan rendah lemak dan ramah pencernaan. Cocok dikonsumsi oleh semua kalangan, dari anak-anak hingga lansia.
Meski begitu, bukan berarti makanan kukusan tanpa kelemahan. Cita rasanya kadang terasa hambar dan tampilannya kurang menggoda. Di sinilah kreativitas dapur diuji: menambahkan rempah, saus sehat, atau bahan alami lain agar tetap lezat tanpa mengorbankan kesehatannya.
Namun di balik kesederhanaannya, sarapan kukusan menyimpan potensi besar — bukan hanya untuk tubuh yang sehat, tapi juga sebagai peluang bisnis kuliner sehat yang tengah naik daun.
Langkah Menkes Budi menggaungkan budaya sarapan sehat patut diapresiasi. Ia mengajak masyarakat “konsisten bareng-bareng buat FOMO-in gaya hidup sehat ini” — sebuah ajakan ringan tapi bermakna, agar kebiasaan baik menjadi tren massal.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait
