HIKMAH JUMAT : Ketika Shalat Tak Lagi Sekedar Rutinitas

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Shalat merupakan ibadah paling mendasar dalam kehidupan seorang Muslim. Amalan pertama yang akan dihisab pada hari kiamat. (Foto: Ist)

Shalat pada hakikatnya adalah dialog langsung antara seorang hamba dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits qudsi, Baginda Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah berfirman:

“Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Ketika hamba-Ku mengucapkan ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’, Allah berfirman: ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’…” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa setiap bacaan dalam shalat memiliki makna dan respons dari Allah. Allah merespons langsung setiap bacaan atau do’a dari seorang hamba yang diucapkannya ketika sedang shalat, khususnya ketika membaca surat Al Fatihah.

Oleh karenanya, ketika seorang muslim menyadari akan hal ini, shalat tidak lagi terasa sebagai kewajiban yang memberatkan, melainkan sebagai momen istimewa untuk bermunajat, mengadu, dan memohon pertolongan kepada Sang Pencipta.

Shalat Sumber Ketenangan Jiwa

Salah satu hikmah terbesar dari shalat adalah ketenangan jiwa. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)

Shalat adalah bentuk dzikir paling sempurna, karena di dalamnya terdapat bacaan Al-Qur’an, tasbih, tahmid, dan doa. Ketika shalat dilakukan dengan khusyuk, hati akan merasakan ketenangan yang tidak bisa digantikan oleh apa pun.

Bahkan Baginda Rasulullah SAW menjadikan shalat sebagai penyejuk jiwa, sebagaimana sabdanya: “Wahai Bilal, tenangkanlah kami dengan shalat.” (HR. Abu Dawud)

Hadits di atas menunjukkan bahwa shalat bukan beban, melainkan sarana istirahat ruhani dari hiruk-pikuk kehidupan dunia. Di mana kekhusyukan menjadi kunci utamanya.

Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut kekhusyukan sebagai ciri utama orang-orang beriman: “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS. Al-Mu’minun [23]: 1–2)

Khusyuk bukan berarti mengosongkan pikiran sepenuhnya. Khusyuk juga bukan berarti kita tidak merasakan atau mendengar apa pun saat shalat. Khusyuk adalah menghadirkan hati dan kesadaran bahwa kita sedang berdiri di hadapan Allah.


Shalat adalah fondasi yang menopang keimanan dan menjadi cermin kualitas hubungan seorang hamba dengan Rabbnya. (Foto: Ist)
 


Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network