Rasa lapar dan dahaga selama berpuasa, mampu membangkitkan karakter biasa berinfak. Saling membantu dan berbagi, serta peduli kepada sesama berhasil dibentuk selama bulan Ramadhan. Oleh karenanya bulan Ramadhan dikenal juga dengan nama syahrul muwasah (bulan berbagi).
Karakter alumni Ramadhan yang kedua adalah mampu menahan amarahnya. Menahan amarah bukanlah perkara mudah. Namun, pendidikan dan pelatihan selama Ramadhan telah menempa diri orang beriman menjadi orang muttaqin dengan karakternya yang mampu menahan amarah.
Rasulullah SAW bersabda: “Puasa adalah membentengi diri, maka bila salah seorang kamu di hari ia berpuasa janganlah berkata kotor dan jangan teriak-teriak, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah ia mengatakan: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW mejelaskan bahwa: “Yang namanya kuat bukanlah dengan pandai bergelut. Yang disebut kuat adalah yang dapat menguasai dirinya ketika marah.“ (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu beratnya menahan amarah, maka Allah pun memberikan hadiah khusus bagi orang-orang yang mampu menahan amarahnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang dapat menahan amarahnya padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat sehingga orang itu memilih bidadari cantik sesuka hatinya.”
Bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, kebiasaan menahan amarah benar-benar dididik dan dilatih, agar tidak rusak pahala puasanya. Dengan demikian maka keluar dari bulan Ramadhan, kemampuan menahan amarah telah menjadi karakter orang muttaqin.
Karakter alumni Ramadhan yang ketiga adalah mampu memaafkan kesahalan orang lain. Kemampuan memaafkan kesalahan orang lain padahal kita mampu untuk membalasnya, adalah karakter istimewa seorang muttaqin.
Karakter istimewa seperti di atas, mungkin relatif sulit dijumpai di tengah-tengah masyarakat saat ini. Kondisi saat ini, kebanyakan manusia biasa membalas kejahatan dengan kejahatan, bukan memaafkannya. Namun bagi yang berhasil puasa di bulan Ramadhan, hal itu mudah saja.
Allah SWT berfirman: “…, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfal: 1).
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait