Berdasarkan hadits tersebut, sia-sialah puasa yang kita lakukan, jika puasa itu tidak menyebabkan kita menjadi insan atau pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Puasa yang benar akan mampu mengantarkan kita menjadi orang yang senantiasa berusaha untuk berada di atas kebenaran, jauh dari kepalsuan dan perkataan serta perbuatan dusta lainnya.
Jika kita kembali kepada cerita ulat dan ular di atas, maka seorang hamba yang sukses dalam puasanya, seolah-olah terlahir kembali menjadi insan lebih baik dibandingkan dengan sebelum datangnya Ramadhan. Dia laksana ulat yang berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
Sebaliknya, seorang hamba yang menjalankan puasa selama bulan Ramadhan, namun puasanya sama sekali tidak mengubah dirinya menjadi insan yang lebih baik, maka dia laksana ular yang hanya berubah secara fisik, namun tidak secara akhlak maupun ibadahnya.
Oleh karenanya, di waktu dua pekan yang tersisa ini, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih kebaikan. Salah satu kesempatan yang mudah untuk dilakukan adalah menyegerakan berbuka jika waktunya telah tiba. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
Hadits di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa begitu banyak kebaikan yang dapat kita raih dan lakukan selama bulan Ramadhan. Bahkan sampai perkara atau urusan terkait dengan berbuka saja, makan dan minum, memiliki kebaikan di dalamnya.
Akhirnya, semua kembali kepada diri kita masing-masing. Puasa jenis manakah yang akan kita pilih? Apakah tipe ulat atau tipe ular? Semuanya terserah kita dan kita bebas untuk memilih.
Namun demikian, Allah SWT telah mengingatkan kepada kita melalui firman-Nya: “Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91]: 9 – 10).
Semoga Ramadhan tahun ini, tidak hanya menyebabkan perubahan pada hal-hal yang bersifat fisik belaka, namun mampu mengubah pribadi kita menjadi insan yang lebih baik lagi dari sisi akhlak maupun ibadahnya. Semoga kita juga menjadi insan yang makin shalih secara individu juga makin shalih secara sosial. (*)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid