Di bawah kepemimpinannya, ketegangan meningkat secara dramatis antara Turki di satu sisi dan AS, Uni Eropa, dan NATO di sisi lain. Erdogan semakin dalam beberapa tahun terakhir menggunakan kebijakan luar negeri yang lebih tegas yang bertujuan untuk meningkatkan pengaruh Turki di wilayahnya dan sekitarnya.
Ketegangan Turki-NATO meningkat karena beberapa kebijakan internasional Ankara berbenturan dengan kepentingan aliansi, seperti yang dicontohkan oleh akuisisi kontroversial sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.
Pembelian S-400 Rusia oleh Ankara telah menjadi titik pertikaian dengan AS dan NATO selama bertahun-tahun, dengan merujuk kekhawatiran bahwa sistem rudal itu akan membahayakan keamanan dan interoperabilitas operasi militer NATO.
AS dan NATO telah memperingatkan Turki bahwa sistem S-400 tidak kompatibel dengan sistem pertahanan NATO dan dapat mengungkap informasi sensitif ke Rusia.
Akibat penolakan Turki untuk mundur dari kesepakatan pembelian sistem tersebut, AS telah mengambil beberapa tindakan hukuman, termasuk menangguhkan Turki dari program jet tempur siluman F-35 pada 2019 dan menjatuhkan sanksi kepada pejabat dan entitas Turki yang terlibat dalam pembelian S-400.
Sementara itu, anggota Uni Eropa dan NATO menyatakan keprihatinan mendalam atas kebijakan domestik Erdogan. Tuduhan kemunduran demokrasi, sensor media, dan pelanggaran hak asasi manusia telah memicu kritik Barat terhadap Turki, yang memandang tindakan itu berbeda dari nilai-nilai bersama NATO dan Uni Eropa.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid