Namun, tidak dengan kematian. Begitu dekatnya kematian dengan kehidupan kita, maka dia dapat menjumpai kita kapan pun, di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Kendati pun kita bersembunyi di tempat yang tidak ada satu pun orang yang mengetahui, kematian pasti dapat menjumpai kita.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa [4]: 78).
Oleh karena itu, upaya yang paling baik bagi seorang mukmin dalam menjalani hidup ini adalah dengan memperbanyak mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Sebagaimana ditegaskan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam sabdanya yang artinya:
“Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-orang yang berakal.” (HR. Ibnu Majah).
Terkadang kita hidup di dunia ini hanya memikirkan dan memiliki target utama yang bersifat jangka pendek yakni agar bisa hidup dengan enak. Kita bekerja banting tulang siang dan malam, hanya untuk mengejar dan mewujudkan harapan dapat hidup dengan enak di dunia ini.
Kita lupa bahkan lalai untuk memikirkan dan mempersiapkan target agar kita dapat mati dengan enak. Kematian yang enak adalah kematian yang husnul khatimah, dimana setelah proses kematian itu, kita dapat merasakan berbagai kenikmatan abadi di negeri akhirat. Inilah target yang strategis dan futuristis.
Kenikmatan abadi di negeri akhirat diawali dengan kenikmatan di dalam kubur. Jika kita dapat merasakan kenikmatan di dalam kubur, maka itu artinya kita juga akan mendapatkan kenikmatan yang lebih dahsyat lagi yaitu kenikmatan di dalam surga-Nya Allah SWT.
Inilah yang sebaiknya menjadi target hidup kita. Bagi yang sudah memiliki target yang strategis dan futuristis, istiqamahlah. Bagi yang belum atau masih ragu dalam menentukan target, maka yakinlah bahwa ketika kita menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup kita, maka dunia akan datang kepada kita dengan tertunduk hina.
Kematian adalah pertanda telah berakhirnya jatah rezeki bagi kehidupan seseorang. (Foto : Ist)
Editor : Syahrir Rasyid