Teknologi hybrid sendiri masih mengandalkan mesin pembakaran di bawah kap mesin yang dilengkapi dengan motor penggerak listrik dan baterai. Tenaga yang dihasilkan lebih besar, hemat bahan bakar, dan rendah emisi.
Mesin tidak selalu harus dinyalakan, sehingga menghemat bahan bakar dan mengurangi emisi karbon. Sebab motor listrik menggerakkan roda, pengalaman berkendara terasa seperti menggunakan kendaraan listrik.
Namun, Bally belum bisa memastikan kapan Nissan akan melakukan transisi. Sebaliknya, dia menyebutkan bahwa hal ini bergantung pada masing-masing pasar. Nissan akan menyesuaikan per negara dan wilayah bergantung pada undang-undang dan peraturan emisi mereka.
“Pasar Afrika (memiliki) aturan seperti Euro 2, Euro 4, jadi laju penurunan (ICE) sangat bergantung pada pasar per pasar. Namun, investasi kami jelas. Ini EV, perkuat e-Power,” kata Bally.
Rencana peralihan ke kendaraan listrik yang dilakukan Nissan akan mengancam keberadaan mobil ICE yang sudah melegenda. Namun, Nissan masih melihat pasar di berbagai negara, dan akan berhenti menjual mobil ICE dalam jangka waktu berbeda. (*)
Editor : Syahrir Rasyid