get app
inews
Aa Text
Read Next : Usai Lebaran Rupiah Anjlok Tembus Rp16.000 Per Dolar AS 

Rupiah Pagi Ini Perkasa, Mata Uang Regional Asia Merosot

Jum'at, 04 Maret 2022 | 09:55 WIB
header img
Rupiah Pagi Ini Menguat Saat Pasar Asia Pasifik Merosot (FOTO: MNC Media)

JAKARTA, iNewsSerpong,id – Nilai tukar mata uang Rupiah pada perdagangan pagi ini, Jumat (4/3/2022) menguat 0,10 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) di level Rp14.379. Meski sentiment negative dampak konflik di Eropa Timur masih menghantui pasar.

Saat rupiah menanjak, sebagian besar mata uang di kawasan Asia Pasifik terpantau merosot atas dolar AS, seperti Dolar Hong Kong koreksi -0,01 persen di 7,8162, Won Korea Selatan turun -0,24 persen di 1.209,85, dan Ringgit Malaysia tertekan -0,07 persen di 4,1875.

Peso Filipina longsor -0,16 persen di 51,705, Dolar Taiwan turun -0,14 persen di 28,100, Baht Thailand koreksi -0,06 persen di 32,600, Dolar Singapura anjlok -0,24 persen di 1,3594, dan Yuan China ambles -0,01 persen di 6,3205. Sementara itu Yen Jepang menguat 0,04 persen di 115,42 dan Dolar Australia naik 0,03 persen di 0,7332.

Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya bergerak menguat 0,13 persen di 97,91, melanjutkan relinya kembali, menampung peralihan investor yang berbondong-bondong pergi ke safe-haven akibat kekhawatiran dampak perang antara Rusia dan Ukraina.

Sebagian besar pasar Asia masih mengkhawatirkan konflik di Eropa Timur dapat semakin menenggelamkan mata uangnya. Baru-baru ini, berita pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia Ukraina, yang terbesar dari jenisnya di Eropa, terbakar pada Jumat pagi setelah diserang oleh pasukan Rusia.

Kabar ini membuat mata uang euro terbenam -0,48 persen menjadi $1,1009, terendah sejak Mei 2020. Sepanjang minggu ini, mata uang Uni Eropa itu telah merosot 1,84 persen, yang akan menjadi minggu terburuk euro sejak Juni 2021.

"Perang ini akan menghancurkan Ukraina. Adapun Rusia akan mengalami kerugian ekonomi yang jadi implikasi jangka pendek dan jangka panjangnya," kata analis di ING, dilansir Reuters, Jumat (4/3/2022).

Analis menilai efek dari lonjakan harga energi dan gas dapat merusak rebound konsumsi di sektor industri dan swasta di tengah pelonggaran pembatasan Covid-19, yang akan membuat harga bahan pokok semakin mahal.

Sebaliknya, Federal Reserve AS hampir dipastikan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 15-16 Maret 2022 mendatang. Apabila terjadi, maka ini merupakan pertama kalinya sejak pandemi dimulai.(*)

 

Editor : A.R Bacho

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut