Tauhid adalah inti dari seluruh ajaran Islam dan dasar keimanan seorang muslim. Semua amal ibadah dan perbuatan baik tidak akan diterima oleh Allah jika tidak dilandasi oleh tauhid yang murni. Oleh karena itu, mempelajari tauhid adalah kewajiban bagi setiap Muslim agar dapat memahami keesaan Allah dengan benar dan menjauhkan diri dari segala bentuk kemusyrikan.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.” (QS. Muhammad [47]: 19).
Ayat di atas mengandung makna bahwa mengetahui mengharuskan untuk mengakui dengan hati dan mengenal makna yang terkandung di dalamnya. Pengetahuan dan ilmu tentang tauhid (laa ilaaha illallaah) menjadi sempurna tatkala mengerjakan segala konsekuensinya.
Konsekuensi dari kalimat tauhid dapat kita lihat pada firman Allah Ta’ala yang artinya: “Sembahlah Allah (saja) dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 36).
Dalam tafsir Tahlili, ayat di atas dijelaskan bahwa mengabdi dan menyembah kepada Allah (beribadah) harus disertai dengan hati yang ikhlas, mengakui keesaan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Itulah kewajiban seorang muslim (hamba) kepada Allah.
Dengan kata lain, beribadah kepada Allah dan mengesakan-Nya adalah hak Allah yang wajib dipenuhi dan ditunaikan oleh seorang hamba. Hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam percakapan antara Mu’adz bin Jabbal RA dengan Baginda Rasulullah SAW seperti pada hadits berikut ini.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Muadz! Tahukan engkau apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah?” Muadz menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Hak Allah yang wajib dipenuhi para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah ialah sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”
Ketika seorang muslim melakukan kemusyrikan, maka sejatinya dia telah menghancurkan bangunan ibadahnya. (Foto: Ist)
Editor : Syahrir Rasyid