HIKMAH JUMAT : Islam Adalah Kasih Sayang

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
PENGARUH BUDAYA barat yang negatif terus menggerus dan menggerogoti fondasi agama Islam khususnya di kalangan remaja. Tak jarang, tanpa filter ajaran agama Islam mereka langsung menerima dan mengikuti budaya yang justru bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Salah satu budaya barat yang negatif dan banyak disalahartikan oleh banyak remaja muslim adalah perayaan Valentine’s Day. Perayaan ini dikenal sebagai hari kasih sayang yang dirayakan setiap tanggal 14 Februari, yang pada tahun 2025, bertepatan dengan hari Jum’at sekarang.
Sebagai umat Islam, terlebih lagi sebagai orang tua yang memiliki anak remaja, kita harus memahami sejarah dan asal-usul setiap perayaan, apa pun perayaan itu, sebelum kita ikut-ikutan merayakannya. Valentine’s Day adalah budaya bangsa Romawi kuno yang diadopsi oleh Gereja Katolik untuk menghormati pendeta yang bernama Santo Valentine.
Namun, budaya ini kemudian berkembang menjadi budaya yang sarat dengan kemaksiatan dan pergaulan bebas yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya dan ajaran Islam. Tidak hanya itu, Valentine’s Day juga berpotensi merusak akidah dan akhlak generasi muda Islam.
Oleh karenanya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa nomor 3 tahun 2017 yang menyatakan bahwa perayaan Valentine’s Day hukumnya haram karena mengandung unsur perbuatan yang dilarang dalam Islam, seperti pergaulan bebas, perzinaan, hingga pemborosan.
Dengan adanya fatwa haram dari MUI terkait dengan perayaan Valentine’s Day (hari kasih sayang), bukan berarti Islam adalah agama yang tidak mengajarkan kasih sayang. Bukan berati pula bahwa Islam adalah agama yang radikal. Yang benar justru Islam adalah agama kasih sayang.
Mari kita lihat arti kata Islam itu sendiri. Akar kata Islam adalah kata salam yang berarti keselamatan atau kedamaian. Dengan demikian maka Islam adalah agama yang menawarkan jalan keselamatan dan kedamaian.
Menurut Syeikh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nasha’ihul ‘Ibad, sesungguhnya seluruh perintah Allah itu akan kembali kepada dua hal, yakni mengagungkan Allah Ta’ala dan berkasih sayang terhadap sesama makhluk-Nya. Inilah esensi ajaran Islam, yakni tauhid dan kasih sayang.
Ketika seseorang menyatakan diri menjadi seorang muslim dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, maka itu artinya dia telah menyatakan bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya:
Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, “Salaamun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu).” Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, (yaitu) siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu karena kejahilan (kebodohan, kecerobohan, dorongan nafsu, amarah dan sebagainya), kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am [6]: 54).
Selain itu, pada surat Al-Fatihah yang merupakan rukun shalat, pada ayat pertama dan ketiganya, setiap muslim wajib membacanya sebanyak 17 kali dalam sehari semalam di dalam shalatwajibnya, belum lagi jika ditambah dengan shalat sunnah. Pada kedua ayat tersebut Allah Ta’alamenjelaskan bahwa di antara sifat yang dimiliki-Nya adalah Ar-Rahman, Ar-Rahiim (Maha Pengasih, Maha Penyayang).
Hal di atas mengisyaratkan bahwa bagi setiap muslim selain wajib bertauhid, wajib pula hukumnya memiliki sifat kasih sayang kepada sesama makhluk-Nya. Oleh karenanya, kasih sayang bukan lagi sekedar nilai tambah bagi seorang muslim, melainkan salah satu fondasi keimanannya kepada Allah Ta’ala.
Selain itu, ketika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat, arti yang lainnya adalah pernyataan dan pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah benar utusan Allah. Baginda Rasulullah SAW adalah seorang utusan Allah yang memiliki misi mulia yakni menjadi rahmat bagi semesta alam.
Perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya: “Dan tiadalah Kami mengutusmu (Nabi Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 107). Rahmat bagi semesta alam pada ayat ini dapat dimaknai sebagai jaminan keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.
Mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dalam pengamalannya akan melahirkan sifat melindungi, kedamaian, dan kasih sayang terhadap sesama muslim khususnya, umumnya terhadap sesama makhluk Allah Ta’ala.
Baginda Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Orang-orang yang penyayang, niscaya akan disayangi pula oleh Ar-Rahman (Allah). Maka, sayangilah penduduk bumi, niscaya yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud).
Sementara itu, pada hadist yang lain Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Jauhilah berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah mencari-cari isu; janganlah mencari-cari kesalahan; janganlah saling bersaing; janganlah saling mendengki; janganlah saling memarahi; dan janganlah saling membelakangi (memusuhi)! Tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Muslim).
Dengan demikian maka kasih sayang merupakan karakter atau akhlak mulia seorang muslim sejati. Karakter atau akhlak mulia ini dapat dilihat dari kebiasaan hidup umat Islam yang senantiasa bersikap lemah lembut terhadap siapa pun, termasuk kepada pemeluk agama lain sekali pun Islam adalah agama mayoritas di tempat tersebut.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran [3]: 159).
Jangankan terhadap sesama manusia, terhadap hewan pun Baginda Rasulullah SAW memerintahkan umat Islam untuk memberikan kasih sayangnya. Perhatikan hadist berikut ini: “Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadanya).” (HR. Bukhari).
Pada hadist yang lain, Baginda Rasulullah SAW pun bersabda yang artinya: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, lalu dimakan oleh manusia, hewan, atau burung, kecuali hal itu merupakan sedekah untuknya hingga hari kiamat.” (HR. Muslim).
Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai seorang muslim kita harus senantiasa berkasih sayang dalam kehidupan ini sebagai fondasi dari keislaman kita. Kasih sayang tidak hanya dibatasi pada hari atau waktu tertentu saja, melainkan sepanjang hayat dan tidak hanya kepada sesama manusia, namun juga kepada seluruh makhluk Allah Ta’ala. Dengan demikian, Islam adalah kasih sayang. (*)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid