HIKMAH JUMAT : Niat Ibadah (Puasa) dan Akibatnya

Perlu diingat kembali bahwa Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hambanya untuk ikhlas dalam melalukan ibadah apa pun dan tidak dicampurkan dengan niat-niat yang lain. Perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqamah), melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al-Bayyinah [98]: 5).
Berdasarkan ayat ini kita dapat mengetahui bahwa Allah hanya meminta kita untuk beribadah kepada-Nya dengan niat yang tulus, ikhlas, murni tidak bercampur dengan niatan yang lain (syirik), termasuk dalam menjalankan ibadah puasa ini.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syiriknya.” (HR. Muslim).
Seorang ulama yang bernama Abdullah bin Mubarak berkata: “Bisa jadi amalan yang sepele, menjadi besar pahalanya disebabkan karena niat. Dan boleh jadi amalan yang besar, menjadi kecil pahalanya karena niat.”
Begitu strategisnya fungsi niat dalam menentukan pahala dari sebuah amalan yang dilakukan seseorang. Oleh karenanya, janganlah kita menyia-nyiakan puasa kita selama sebulan penuh ini hanya karena salah dalam berniat, misalnya agar tubuh kita menjadi sehat.
Adapun hadits yang menyatakan bahwa: “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat” sebagaimanadiriwayatkan oleh At-Thabrani, para ulama hadits menyatakan bahwa hadits tersebut statusnya dhaif dari segi sanadnya.
Editor : Syahrir Rasyid