HIKMAH JUMAT : Membangun Keluarga Samara

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
BULAN DZULHIJJAH dikenal juga sebagai bulan Rayagung dalam penanggalan tradisi, khususnya tradisi Sunda. Bulan ini, juga menjadi salah satu bulan yang banyak digunakan untuk melakukan prosesi pernikahan dalam tradisi masyarakat muslim di Indonesia.
Namun demikian, dalam sirah nabawiyah bulan Dzulhijjah tidak termasuk ke dalam bulan yang memiliki sejarah khusus dengan prosesi pernikahan Baginda Rasulullah SAW maupun keluarganya. Bulan-bulan yang di dalamnya tercatat ada prosesi pernikahan adalah Syawal, Rajab, Rabiul Awwal, Safar, dan Muharram.
Terlepas dari itu semua, tujuan utama pernikahan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya, keluarga yang dibina oleh kedua mempelai adalah wujud sekaligus fondasi utama dalam mewujudkan ketaatan dalam beribadah.
Dalam Islam, keluarga tidak hanya dipandang sebagai hubungan biologis, tetapi juga sebagai wadah ibadah, tempat saling mencintai, mendidik, dan membentuk generasi shalih. Keluarga adalah fondasi untuk membangun masyarakat yang kuat dan beradab.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan tujuan pernikahan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga untuk menghadirkan sakinah, mawaddah, dan rahmah (samara) dalam kehidupan rumah tangga. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum [30]: 21).
Ayat di atas menjadi landasan bahwa rumah tangga ideal dalam Islam adalah yang menghadirkan ketenangan (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Lalu, bagaimana caranya membangun keluarga samara? Berikut beberapa tips islami yang bisa diterapkan.
Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah akan mendapat keberkahan. Begitu pula dalam pernikahan. Jika pernikahan hanya berdasarkan nafsu atau tujuan duniawi semata, maka besar kemungkinan tidak langgeng.
Tetapi jika diniatkan untuk ibadah, membentuk keluarga yang taat dan mencetak generasi shalih, maka Allah akan memudahkan dan memberkahi. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Editor : Syahrir Rasyid