HIKMAH JUMAT : Ketika Keserakahan Mengalahkan Hati Nurani
Akibat dari keserakahan juga menimbulkan perilaku menyimpang lainnya dari para pengusaha sekaligus pejabat atau pejabat sekaligus pengusaha yang dikenal dengan istilah peng-peng. Mereka mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya tanpa memikirkan keberlanjutan bagi generasi mendatang dan kelestarian alam.
Belum lagi korupsi yang semakin merajalela di mana-mana. Pelaku korupsi bukanlah orang miskin yang kekurangan makanan, bukan pula orang pinggiran yang tidak memakan bangku sekolahan. Pelaku korupsi justru mereka adalah peng-peng yang merupakan orang kaya dan berpendidikan tetapi tidak terdidik. Pendidikannya boleh tinggi, tapi sayang akhlak dan moralnya jongkok.
Dalam ajaran agama Islam, keserakahan adalah penghalang utama menuju surga. Ia membuat seseorang lalai dari ibadah, enggan bersedekah, dan terikat pada dunia. Mari kita perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:
"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya." (QS. Al-Humazah [104]: 1-3). Ayat ini menggambarkan betapa keserakahan terhadap harta dapat menjerumuskan seseorang ke dalam kehancuran.
Pada surat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala menegur manusia yang sibuk berlomba-lomba dalam memperbanyak harta, hingga lupa akan kematian. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." (QS. At-Takatsur [102]: 1-2).
Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan perilaku manusia yang serakah sebagai manusia yang tidak peduli terhadap orang lain, hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli lagi terhadap halal dan haram, serta mencintai harta secara berlebihan. Gambaran ini, terdapat pada surat Al-Fajr [89] ayat ke 15-20 yang artinya:
"Dan apabila Tuhan mengujinya dengan mempersempit rezekinya, maka dia berkata: 'Tuhanku menghinakanku.' Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampuradukkan (yang halal dan haram), dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan."
Sementara itu, orang yang serakah digambarkan oleh Baginda Rasulullah SAW melalui sabdanya yang artinya: "Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta, niscaya ia akan menginginkan yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut anak Adam kecuali tanah (kematian). Dan Allah menerima taubat orang yang bertaubat." (HR. Bukhari dan Muslim).

Editor : Syahrir Rasyid